JAKARTA- Ekonom Universitas Surakarta, R. Agus Trihatmoko, mengatakan dalam perkembangan ekonomi politik nasional dan global tidak disadari secara perlahan telah menyingkirkan koperasi. Usaha koperasi terus digerus oleh persaingan liberal usaha dan korporasi, sehingga menempatkan kelompok kapitalis menjadi kekuatan utama ekonomi nasional. Koperasi tinggal menjadi kegiatan usaha di bagian lapisan bawah korporasi besar atau institusional tertentu. Sisa sedikit porsi ekonomi dalam perkoperasian seperti itu masih memberikan manfaat turut mensejahterakan anggota usaha koperasi termaksud.

Memang masih ada beberapa koperasi besar di Indonesia yang dinilai kuat di bagian tubuh korporasi besar, misalnya, Koperasi Warga Semen Gresik (KWSG) dan Koperasi Semen Padang. Tetapi, kemungkinan KSWG sudah mulai terpuruk oleh karena mis-manajemen dan juga terholdingnya perusahaan ke Semen Indonesia.

"Banyak strategi atau upaya dari program-program kerja Kementerian Koperasi semenjak dulu hingga sekarang. Alhasil, memang kuantitas koperasi meningkat, namun kualitas koperasi nasional masih jauh dari visinya sebagai soko guru perekonomian. Bahkan, kelembagaan bernama koperasi disalahgunakan oleh oknum pelaku usaha seperti halnya cara kapitalis," kata Agus dalam pandangannya.

Agus menegaskan bahwa pembangunan perkoperasian di Indonesia akan sangat sulit maju besar, bahkan semakin menuju keredupannya. Selagi, liberalisasi ekonomi terus mengalir dalam sistem pembangunan ekonomi nasional. Tak dapat dihindari dari arah ekonomi global dan kemajuan teknologi digital semakin memperkuat dominasi kapitalis besar dan menyingkirkan koperasi-koperasi. Perlu keberpihakan dari kebijakan pemerintah untuk menempatkan koperasi-koperasi dalam berbagai sektor bisnis untuk ambil bagian secara signifikan. Jika, memang perekonomian Indonesia dibangun sesuai dengan amanat konstitusinya yaitu Pasal 33 UUD NRI 1945.

Reposisi koperasi dari lapisan bawah ekonomi kepada lapisan atas sangat memungkinkan yaitu dengan sistem ekonomi murakabi. Koperasi diberikan kesempatan beroperasi tidak berdiri sendiri dalam unit usahanya, tetapi bersinergi dengan usaha korporosi besar. Seperti, kala itu dikembangkan oleh BUMN Semen Gresik dengan KWSG nya, dan di Semen Padang.

Berikutnya, suatu mekanisme seperti keanggotaan masyarakat dalam koperasi yaitu kepemilikan saham masyarakat dalam korporasi besar. Ini lah teori ekonomi murakabi sebagai solusi di tengah kesulitan berkembangnya perkoperasian. Kekuatan ekonomi nasional akan berdiri kokoh pada saat masyarakat tercakup dalam keanggotaan berbagai unit koperasi, beserta memiliki saham-saham korporasi besar nasional.

"Perlu disadari kembali bahwa kegoncangan ekonomi dapat dipastikan selalu terjadi pada saat titik tertentu yaitu krisis ekonomi. Terlepas ada pandemi Covid 19 atau pun tidak ada musibah sosial-kesehatan ini. Krisis ekonomi meletus pada puncak kapitalisasi moneter dan fiskal tidak terkendali di tengah globalisasi ekonomi yang sangat liberalis," tegas dia.

"Secara teoretikal murakabisme ekonomi menyatakan bahw

a pendekatan ini mampu meredam potensi krisis ekonomi, karena tidak mengandalkan perdagangan kapital. Asas kekeluargaan dan gotong royong adalah kekuatan kapital dari partisipan pelaku/organ ekonomi secara kolektif," katanya. yni/E-9

Baca Juga: