Penyebaran ­Covid-19 di DKI ­Jakarta dipengaruhi perilaku masyarakat yang tidak ­mematuhi protokol ­kesehatan.

JAKARTA - Dewan menilai munculnya ribuan kasus baru positi Covid saat PSBB transisi karena adanya pemahaman keliru terhadapnew normal.

"Ini masyarakat kebablasan tidak berdisiplin dalam penerapan protokol kesehatan. Saya kira, anggapan new normal di benak masyarakat selama ini keliru. Mereka menganggap PSBB transisi ini kembali ke keadaan seperti sediakala, seperti sebelum pandemi Covid-19 terjadi, padahal bukan," ujar Mujiyono, di Jakarta, Senin (12/7).

Alhasil, katanya, masyarakat secara umum cenderung abai terhadap protokol kesehatan yang terus digemborkan pemerintah. Menurutnya, pelonggaran PSBB harus tetap menerapkan protokol kesehatan, seperti menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan.

"New normal itu bukan normal, tapi kondisi kehati-hatian dalam masa pendemi. Masa di mana vaksin belum ditemukan, dan new normal diterapkan untuk pergerakan ekonomi. Kalau ekonomi aman, bisa saja kemarin pemerintah menerapkan lockdown kayak Singapore. Jangan biarkan Pak Gubernur menarik rem darurat," katanya.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, dr. Dwi Oktavia Tatri Lestari Handayani M.Epid, mengatakan terdapat penambahan jumlah kasus sebanyak 279 orang.

Sehingga kumulatif kasus positif diDKI Jakartasebanyak 14.640 orang, dan sebanyak 9.408 orang telah dinyatakan sembuh dari Covid-19. "Sementara pasien meninggal sebanyak 710 orang," kata Dwi.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, mengatakan Provinsi DKI Jakarta melaporkan penambahan kasus positif tertinggi.

Berdasarkan laporan harian Gugus Tugas Covid-19, provinsi dengan penambahan kasus positif tertinggi pada hari ini adalah DKI Jakarta yaitu 281 kasus, sehingga total kasus positif di DKI Jakarta hingga saat ini mencapai 14.797 orang.

Provinsi dengan penambahan kasus positif tertinggi berikutnya ialah Jawa Timur, yaitu 219 orang sehingga totalnya menjadi 16.877 orang. Angka itu merupakan yang tertinggi secara nasional.

Klaster Pasar

Sementara itu, Pasar Cempaka Putih, JakartaPusat, tutup selama tiga hari pada 13 hingga 15 Juli 2020, menyusul ditemukannya41 pedagang di salah satu pusat perekonomian itu positif terpapar Covid-19 pada pekan lalu usai dilakukan tes usap massal dari puskesmas setempat.

"Penutupan di mulai hari ini untuk mengantisipasi dan kami lakukan sterilisasi. Penutupan sampai tiga hari, Senin, sampai Rabu. Kamis baru buka," kata Kepala Pasar Cempaka Putih, Eko Purwanto.

Terpisah, Kepala Puskesmas Cempaka Putih, Dicky Alsadik,membenarkan penutupan itu dan pihak terkait segera melakukan penyemprotan disinfektan.

Dicky mengatakan pemeriksaan tes usap massal di Pasar Cempaka Putih dilakukan pada Rabu (8/7) dan hasilnya didapatkan 41 dari sekitar 90 pedagang ditemukan positif Covid-19. Lebih lanjut, kasus itu juga ditemukan mulai dari orang bergejala dan orangtanpa gejala (OTG).

Sementara itu, sebanyak 44 warga di Kecamatan Matraman, Jakarta Timur, dalam sepekan terakhir dilaporkan positif tertular Covid-19 berdasarkan hasil tes usap. "Selama satu pekan ditemukan 44 orang yang positif Covid-19 sebab ada klaster penularan aktif baru tingkat keluarga dan komunitas," kata Camat Matraman, Andriansyah.

Kasus tersebut dilaporkan pada 3-10 Juli 2020 berdasarkan hasil tes usap secara berkala yang digelar petugas puskesmas setempat.

Klaster baru penularan Covid-19 yang dimaksud di antaranya RW 09 Kelurahan Utan Kayu Selatan, tiga klaster di RW 07 Kelurahan Palmeriam, dan dua klaster di RW 09 Kelurahan Utan Kayu Utara.

Sedangkan klaster tertinggi berada di RW 03 Kelurahan Kebon Manggis dengan jumlah kasus 16 orang.

"Kalau di RW03 Kebon Manggis sudah ditetapkan zona merah sehingga harus melakukan pengendalian ketat berskala lokal (PKBL) sesuai dengan SK wali kota," katanya.

Andriansyah mengatakan penyebaran Covid-19 juga dipengaruhi perilaku masyarakat yang tidak mematuhi protokol kesehatan. n pin/Ant/P-5

Baca Juga: