Korea Utara mengklaim menguji coba drone nuklir bawah laut. Korea Selatan meyakini klaim tersebut kemungkinan "dibesar-besarkan atau dibuat-buat".

SEOUL - Korea Utara pada Sabtu (8/4) mengklaim minggu ini telah menguji jenis drone serangan bawah air berkemampuan nuklir kedua yang diketahui dirancang untuk menghancurkan kapal dan pelabuhan angkatan laut.

Laporan uji coba empat hari itu muncul sehari setelah utusan nuklir Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang bertemu di Seoul untuk membahas meningkatnya ancaman nuklir Korea Utara dan menyerukan upaya internasional yang lebih kuat untuk menindak pendanaan kegiatan ilegal program persenjataannya.

Kantor Berita Pusat Korea Utara KCNA mengatakan, pesawat tak berawak yang dinamai "Haeil-2" diambil dari kata Korea yang berarti tsunami atau gelombang pasang, melakukan perjalanan di bawah air selama lebih dari 71 jam sebelum berhasil meledakkan hulu ledak tiruan di perairan dekat kota pelabuhan Tanchon di timur, Jumat.

KCNA mengatakan uji coba tersebut membuktikan bahwa senjata itu dapat menyerang target sejauh 1.000 km (621 mil) dengan "kemampuan serangan yang fatal."

Media pemerintah Korea Utara itu bulan lalu melaporkan dua uji coba drone lainnya, bernama "Haeil-1". Senjata itu digambarkan mampu memicu "tsunami radioaktif" untuk menghancurkan kapal dan pelabuhan musuh.

Para analis skeptis apakah perangkat semacam itu akan menambah ancaman baru yang berarti bagi persenjataan nuklir Korea Utara yang dibangun di sekitar rudal dan apakah masuk akal bagi Korea Utara untuk mengejar kemampuan seperti itu mengingat persediaan bahan bakar bom nuklirnya yang masih terbatas. Militer Korea Selatan meyakini klaim Korea Utara tentang Haeil-1 kemungkinan besar "dibesar-besarkan atau dibuat-buat".

Pada Jumat, perwakilan khusus Presiden AS Joe Biden untuk Korea Utara, Sung Kim, bertemu dengan rekan-rekannya dari Korea Selatan dan Jepang di Seoul. Mereka mengeluarkan pernyataan bersama yang menyerukan dukungan internasional yang lebih kuat untuk membendung upaya Korea Utara menghindari sanksi Dewan Keamanan PBB yang dijatuhkan atas ambisi senjata nuklirnya.

Utusan tersebut menyatakan keprihatinan khusus tentang kejahatan dunia maya dan ekspor tenaga kerja ilegal Korea Utara, yang menurut Seoul dapat berkembang karena semakin membuka kembali perbatasannya karena kekhawatiran Covid-19 mereda.

Pada tahun ini Korea Utara telah menembakkan sekitar 30 rudal dalam 11 acara peluncuran yang berbeda, termasuk rudal balistik antarbenua yang menunjukkan jangkauan potensial untuk mencapai daratan AS dan beberapa senjata jarak pendek yang dirancang untuk mengirimkan serangan nuklir ke target Korea Selatan. Demikian dilaporkan Associated Press.

Baca Juga: