ISTANBUL - Korea Selatan menyerukan tekad luar biasa untuk mengatasi penurunan angka kelahiran di negaranya. Penurunan populasi yang terus terjadi menimbulkan kekhawatiran di kalangan pengambil kebijakan karena tingkat kesuburan warga dari negara itu tercatat pada level terendah 0,7 pada kuartal ketiga tahun ini.

"Waktunya semakin singkat. Saya berharap setiap lembaga pemerintah menangani masalah rendahnya angka kelahiran dengan tekad yang luar biasa," kata Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, kepada kabinetnya pada Selasa (26/12) seperti dikutip Kantor Berita Yonhap News yang berbasis di Seoul.

Seperti dikutip dari Antara, Yoon mendesak para pejabat untuk mengatasi masalah tersebut dari perspektif yang berbeda secara fundamental.

Yoon menyerukan "solusi efektif" terhadap angka kelahiran yang menurun, mengingat bahwa Korsel memiliki angka kelahiran terendah di dunia.

"Angka tersebut jauh di bawah tingkat penggantian sebesar 2,1, yang diperlukan untuk menjaga stabilitas populasi di angka 51 juta jiwa," menurut laporan kantor berita tersebut.

Mengacu pada "persaingan yang ketat" di bidang seperti pendidikan sebagai salah satu penyebab menurunnya angka kelahiran, Yoon mengatakan masalah rendahnya angka kelahiran mengharuskan semua pihak khususnya pemerintah untuk menangani situasi ini dengan lebih serius dan memikirkan penyebab sekaligus solusi dari dimensi yang berbeda dari sebelumnya.

Mendorong Pertumbuhan

Korsel mengalami penurunan jumlah kelahiran baru meskipun telah mengeluarkan dana sekitar 200 miliar dollar AS (sekitar 3,08 kuadriliun rupiah) selama 16 tahun terakhir untuk mendorong pertumbuhan penduduk.

Dalam laporannya baru-baru ini, Forum Ekonomi Dunia mengingatkan jika angka kelahiran yang rendah saat ini terus berlanjut maka jumlah kelahiran di negara Asia Timur itu akan berkurang setengah dari angka kelahiran saat ini pada akhir abad ini.

Korsel memiliki tingkat kelahiran yang rendah sepanjang masa selama tiga tahun berturut-turut pada 2022, dengan hanya 249 ribu bayi yang lahir di negara itu, yang menyebabkan penurunan populasi sebesar 4,4 persen dari rekor terendah sebelumnya pada 2021.

Data tersebut menunjukkan rata-rata perempuan melahirkan anak pertamanya pada usia 33 tahun pada tahun lalu, disusul 34,2 dan 35,6.

Sebelumnya diberitakan populasi Korea Selatan diperkirakan mengalami penurunan tajam dalam 50 tahun ke depan akibat tingkat kelahiran yang sangat rendah dan populasi menua dengan cepat, menurut data Statistics Kora, Kamis (14/12).

Populasi negara itu diperkirakan turun dari 51,67 juta pada tahun 2022 menjadi 50,06 juta pada tahun 2040; menjadi sebesar 42,30 juta pada tahun 2060; dan jadi sebanyak 36,22 juta pada tahun 2072.

Populasi Korea Selatan juga diperkirakan mencatatkan tingkat penurunan tahunan sebesar 0,16 persen selama satu dekade mulai tahun 2025, yang pada akhirnya akan mencapai tingkat penurunan tahunan sebesar 1,31 persen pada tahun 2072.

Jumlah bayi baru lahir diperkirakan turun dari 250.000 pada tahun 2022 menjadi 220.000 pada tahun 2025 serta menjadi 160.000 pada tahun 2072. Sementara itu,jumlah kematian diperkirakan naik dari 360.000 pada tahun 2022 menjadi 690.000 pada tahun 2072.

Proporsi penduduk usia kerja yang berusia 15-64 tahun terhadap total populasi diperkirakan akan turun dari 71,1 persen pada 2022 menjadi 45,8 persen pada 2072.

Ilustrasi - bayi baru lahir.

ANTARA/Pexels

Baca Juga: