Korban tewas dalam insiden bom bunuh diri di sebuah masjid di Kota Peshawar, barat laut Pakistan pada Senin (30/1) melonjak menjadi 74 dan melukai lebih dari 150 orang.

Meski pihak kepolisian belum bisa mengidentifikasi pelaku serangan tersebut, Seorang komandan Taliban Pakistan, yang juga dikenal sebagai Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), Sarbakaf Mohmand mengaku bertanggung jawab atas serangan itu melalui unggahan di Twitter.

Namun beberapa jam berselang, juru bicara TTP Mohammad Khurasani mengatakan bahwa TTP tidak akan menyasar masjid, seminari, dan tempat-tempat keagamaan lainnya. Ia pun menegaskan bahwa mereka yang mengambil bagian dalam serangan terhadap tempat keagamaan akan menghadapi tindakan hukuman di bawah kebijakan TTP.

Meski begitu, Khurasani tidak membahas mengapa seorang komandan TTP mengaku bertanggung jawab atas pengeboman tersebut.

Sementara Perdana Menteri Pakistan Shahbaz Sharif, bersumpah akan menindak tegas terhadap mereka yang berada di balik pengeboman. Sharif sendiri telah mengunjungi korban luka di Peshawar untuk menyampaikan belasungkawa.

"Skala besar dari tragedi kemanusiaan tidak terbayangkan. Ini tidak kurang dari serangan terhadap Pakistan," cuit Sharif, seperti dikutip dari Associated Press.

Melansir AP, Pakistan yang sebagian besar populasinya merupakan muslim Sunni telah mengalami lonjakan serangan militan sejak November lalu ketika pihak TTP memutuskan mengakhiri gencatan senjata mereka dengan pasukan pemerintah.

Awal bulan ini, Taliban Pakistan mengklaim salah satu anggotanya menembak dan membunuh dua petugas intelijen, termasuk direktur sayap kontraterorisme dari agen mata-mata Inter-Services Intelligence yang berbasis militer di negara itu.

TTP yang masih sekutu dekat Taliban Afghanistan itu telah mengobarkan pemberontakan di Pakistan dalam 15 tahun terakhir. Mereka menuntut penegakan hukum Islam yang lebih ketat, pembebasan anggotanya dalam tahanan pemerintah dan pengurangan kehadiran militer Pakistan di wilayah provinsi Khyber Pakhtunkhwa yang telah lama digunakan sebagai basis TTP.

Serangan hari Senin (30/1) terjadi di sebuah masjid Sunni di dalam fasilitas polisi merupakan serangan paling mematikan terhadap pasukan keamanan dalam beberapa tahun terakhir.

Lebih dari 300 jemaah sedang salat di masjid, ketika pelaku bom meledakkan rompi peledaknya. Banyak dari korban serangan itu merupakan anggota kepolisian yang terluka ketika atap Masjid seketika runtuh.

Kementerian Luar Negeri Afghanistan menyatakan kesedihan yang mendalam atas banyak nyawa yang hilang dan mengutuk serangan terhadap jamaah karena bertentangan dengan ajaran Islam.

Kecaman juga datang dari Kedutaan Besar Amerika Serikat yang menyatakan dukungannya terhadap Pakistan dalam mengutuk segala bentuk terorisme.

Juru Bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kata juru bicara PBB Stephane Dujarric, mengatakan bahwa Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebut pemboman itu "sangat menjijikkan" karena menargetkan tempat ibadah.

Baca Juga: