SEOUL - Korea Utara mengerahkan tentaranya untuk mendistribusikan obat Covid-19 dan menempatkan 10.000 petugas kesehatan untuk membantu melacak pasien potensial saat negara ini tengah memerangi gelombang virus korona. Media KCNA melaporkan seperti dikutip Channel News Asia, Selasa (17/5).

Negara terisolir ini sedang bergulat dengan wabah Covid-19 yang baru dikonfirmasik minggu lalu. Menambah kekhawatiran akan krisis utama, yakni kekurangan vaksin dan infrastruktur kesehatan yang memadai.

Pusat-pusat kedaruratan pencegahan epidemi negara melaporkan, lebih dari 269.510 orang mengalami gejala demam. Angka ini menambah total kasus 1.483.060 dengan angka kematian bertambah menjadi 56 orang pada Senin (16/5) sore. Namun Korea Utara tidak menyebutkan berapa orang yang sudah dites positif Covid-19.

"Korps kesehatan Angkatan Bersenjata yang kuat telah ditempatkan untuk memperbaiki pasokan obat-obatan di ibukota Pyongyang, pusat epidemi, menyusul perintah Kim Jong Un," KCNA melaporkan.

"Misi dari tim ini adalah untuk meredakan krisis kesehatan masyarakat di Pyongyang," kata media pemerintah tersebut.

Setelah Kim Jong Uni mengkritik soal tidak efektifnya distribusi obat-obatan, beberapa anggota senior dari politbiro partai berkuasa mengunjungi kantor manajemen farmasi dan obat-obatan untuk mengecek persediaan dan permintaan obat, kata KCNA dalam berita yang lain.

"Mereka menyerukan agar membentuk aturan yang lebih ketat dalam penanganan pasokan obat, mempertahankan prinsip memprioritaskan permintaan dan meyakinkan rakyat akan ketersediaan obat," kata KCNA.

Upaya melacak pasien juga diintensifkan. 11.000 petugas kesehatan, guru, dan mahasiswa kedokteran bergabung dalam pemeriksaan kesehatan seluruh penduduk.

Tetapi tetap saja, berbagai sektor ekonomi nasional tetap menjalankan produksi dan distribusi di saat langkah-langkah pengendalian virus dilakukan, kata KCNA. Kim telah memperbolehkan kegiatan terbatas di masing-masing kota dan daerah.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan, virus telah menyebar secara cepat di Korea Utara, negara yang tidak memiliki program vaksinasi dan mengurangi bantuan internasional.

Pada Senin, Korea Selatan menawarkan pengiriman bantuan suplai obat-obatan termasuk vaksin, masker dan perlengkapan tes, juga kerjasama teknis. Namun Korea Utara belum menjawab pesan ini.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan, pihaknya prihatin akan dampak potensial dari wabah di Korea Utara dan memberikan bantuan ke negara tersebut.

"Sampai saat ini, kami sangat mendukung dan mendorong upaya AS dan bantuan internasional serta organisasi kesehatan untuk mencegah dan membendung penyebaran Covid-19 … dan menyediakan bantuan kemanusiaan lain untuk kelompok-kelompok rentan di negara itu," kata juru bicara Deplu AS.

Jubir AS mengkonfirmasikan bahwa utusan AS untuk Korea Utara, Sung Kim, telah berbicara dengan negosiator nuklir Korea Selatan yang baru, Kim Gunn melalui sambungan telepon. Namun ia tidak menjelaskan secara rinci isi pembicaraan tersebut.

Baca Juga: