Selama ini beban biaya yang harus dikeluarkan dari APBN sangat besar untuk impor elpiji serta untuk menanggung subsidi elpiji tiga kilogram yang sebagian besar tidak tepat sasaran.

JAKARTA - Konversi elpiji tiga kilogram (kg) ke kompor induksi (listrik) dinilai dapat menghemat APBN dan devisa negara. Karena itu, pemerintah perlu melakukan sosialisasi secara masif terhadap rencana tersebut dan mengawasi secara ketat pelakansaannya.

Pakar Ekonomi Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, Rustam Effendi, menilai rencana konversi ke kompor induksi (listrik) bisa menghematkan devisa negara. "Ini dapat menghemat devisa karena selama ini pasokan gas masih diimpor, apalagi ada kecenderungan terus meningkat," kata Rustam Effendi, Rabu (22/6).

Menurut Rustam, langkah konversi dari kompor gas ke kompor listrik juga ada baiknya karena lebih hemat dibandingkan kompor gas, ramah lingkungan serta aman digunakan. "Dalam konteks makro, penggunaan kompor listrik akan menurunkan konsumsi gas nasional. Data yang ada, impor gas tahun lalu naik sekitar 15- 16 persen, dan ini semua memakan devisa negara," ujarnya.

Rustam menyampaikan, penggunaan kompor listrik bisa menekan ketergantungan pada energi fosil. Namun, tantangannya adalah bagaimana menumbuhkan kesadaran pentingnya konversi tersebut.

Hal senada disampaikan Pakar Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radi. Menurutnya, rencana konversi ke kompor induksi atau listrik sangat tepat sehingga perlu segera direalisasikan.

"Saya kira kalau itu memungkinkan migrasi dari elpiji ke kompor listrik sangat tepat sekali karena (kompor) listrik biaya per unitnya sesungguhnya lebih murah dibandingkan dengan elpiji," ujar Fahmy saat dihubungi di Yogyakarta, Rabu (22/6).

Menurut dia, selama ini beban biaya yang harus dikeluarkan dari APBN sangat besar untuk impor elpiji serta untuk menanggung subsidi elpiji tiga kilogram yang sebagian besar tidak tepat sasaran. "Beban pertama adalah pengeluaran devisa untuk impor elpiji, kedua adalah beban untuk memberikan subsidi melon tiga kilogram yang sebagian besar salah sasaran," ujar dia.

Bersifat Terbatas

Meski dinilai tepat, menurut Fahmy, konversi elpiji ke kompor listrik bersifat terbatas karena kemungkinan hanya bisa menjangkau pelanggan listrik dengan daya minimal 1.300 VA.

Karena itu, dia mengusulkan rencana konversi tersebut didukung dengan dua program lain yakni membangun jaringan pipa gas (jargas) untuk masyarakat yang tinggal di wilayah dekat sumber gas dan gasifikasi atau konversi batu bara menjadi produk gas.

Menurut dia, tiga program untuk mengalihkan subsidi elpiji melon tersebut bisa segera diimplementasikan secara bertahap. "Sekarang waktunya harus migrasi ke tiga bauran tersebut, kompor listrik bukan satu-satunya tapi ada jaringan gas, ada juga gasifikasi," kata dia.

Dia meyakini masyarakat secara perlahan akan menerima dan menyesuaikan secara bertahap seperti saat awal program konversi minyak tanah ke elpiji dicanangkan di masa lalu. "Tidak perlu wacana lagi karena itu sudah harus direalisasikan secara bertahap," ucap dia.

Menurut Fahmy, pemerintah, PLN, Pertamina, dan PGN perlu menggencarkan komunikasi publik untuk mengedukasi masyarakat terkait rencana itu mulai dari sekarang. "Kemudian Kementerian ESDM harus mengawal proses migrasi ini sampai tuntas," ujar Fahmy Radi.

Baca Juga: