JAKARTA - Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto justru meningkat selama masa pandemi Covid-19. Selain pertanian, sektor lainnya yang tumbuh positif adalah informasi dan telekomunikasi, pengadaan air, pengelolan sampah, limbah dan daur ulang, serta jasa kesehatan dan kegiatan sosial.

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, meskipun secara keseluruhan ekonomi pada triwulan II-2020 berkontraksi 5,32 persen, namun beberapa sektor tumbuh positif di tengah Covid-19 sehingga menahan kejatuhan ekonomi lebih dalam.

"Sumber pertumbuhan tertinggi berasal dari lapangan usaha informasi dan komunikasi sebesar 0,58 persen, diikuti pertanian, kehutanan dan perikanan 0,29 persen, dan real estate sebesar 0,07 persen," sebut BPS dalam laporan terbarunya. Sedangkan lapangan usaha lainnya, jelas BPS, berkontraksi sebesar 6,26 persen.

Menanggapi kontribusi positif sektor pertanian itu, Sekretaris Umum Serikat Petani Indonesia, Agus Ruli Ardiansyah, seperti dikutip Antara mengatakan semestinya sektor pertanian mendapat perhatian karena terbukti tetap stabil bahkan tumbuh saat lapangan usaha yang lain tidak berdaya akibat dampak pandemi.

Masalah Klasik

Menurut dia, sudah saatnya persoalan rendahnya harga di tingkat petani ketika musim panen sebagai masalah klasik harus diberantas agar kesejahteraan mereka meningkat. Hal itu bisa dilakukan dengan distribusi lahan melalui program reformasi agraria dan diversifikasi pangan.

"Justru lebih tepat untuk segera dilaksanakan saat ini," ujar Agus, di Jakarta, Jumat (7/8).

Selain itu, pemerintah dapat menyerap hasil produksi petani dengan harga yang layak sehingga dapat mendongkrak Nilai Tukar Petani (NTP), khususnya di subsektor tanaman pangan dan hortikultura yang mengalami penurunan.

"Pemerintah dapat mendorong apakah itu Bulog atau juga koperasi-koperasi pangan milik petani untuk membantu menyerap hasil panen saat ini," katanya.

Belum Untung

Serikat Petani Indonesia, kata Ruli, menilai Nilai Tukar Petani (NTP) Juli 2020 pada level 100,09 atau naik 0,49 persen dibandingkan bulan sebelumnya belum merefleksikan kondisi sebenarnya petani Indonesia.

Berdasarkan rilis BPS, kenaikan NTP Juli 2020 dipengaruhi oleh naiknya NTP di beberapa subsektor, yakni tanaman perkebunan rakyat 1,76 persen, peternakan 1,68 persen, dan perikanan 0,69 persen.

Kenaikan NTP pada subsektor tanaman perkebunan, jelasnya, dipengaruhi kenaikan di komoditas sawit dan karet. Meskipun begitu, laporan dari para petani anggota menyebutkan kenaikan tersebut belum sepenuhnya menguntungkan bagi petani.

"Bahkan, di Sumatera Utara masih ada harga yang di bawah 1.000 per kilogram (kg). Ini dipengaruhi faktor tidak meratanya infrastruktur, khususnya untuk mengangkut hasil panen," katanya.

Kendati secara total NTP Juli 2020 mengalami kenaikan, terdapat NTP di beberapa subsektor yang mengalami penurunan, yakni subsektor tanaman pangan mengalami penurunan sebesar 0,25 persen dan subsektor hortikultura mengalami penurunan sebesar 0,74 persen.

Ruli menjelaskan beberapa daerah yang sedang panen raya menyebabkan subsektor tanaman pangan, seperti gabah, beras, jagung, dan ketela mengalami penurunan harga. ers/E-9

Baca Juga: