Bentrokan antara kelompok etnis bersenjata dan tentara junta di Negara Bagian Shan utara yang telah berlangsung selama dua hari dilaporkan hingga saat ini masih terus terjadi

YANGON - Kelompok etnis bersenjata Myanmar hingga Rabu (26/6) masih bentrok dengan pasukan junta di Negara Bagian Shan utara dengan dua warga sipil dilaporkan tewas dalam pertempuran baru tersebut, kata penduduk dan media.

Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang (TNLA) pada Selasa (25/6) melancarkan serangan fajar terhadap posisi militer di Kota Kyaukme yang terletak di jalur perdagangan penting ke Tiongkok.

Serangan tersebut merupakan pelanggaran terbaru terhadap gencatan senjata yang ditengahi Tiongkok yang mengakhiri pertempuran selama beberapa pekan di Negara Bagian Shan antara militer dan TNLA serta dua kelompok etnis bersenjata sekutu lainnya.

"TNLA menyerang sebuah kantor polisi di Kyaukme pada Rabu pagi," kata seorang petugas penyelamat setempat kepada AFP, yang meminta tidak disebutkan namanya karena alasan keamanan. "Masyarakat yang tinggal di pusat kota tidak berani keluar rumah," imbuh dia.

Petugas penyelamat lainnya mengatakan dua warga sipil tewas dan dua lainnya terluka akibat tembakan artileri pada Selasa, tanpa menyebutkan dari pihak mana korban.

TNLA mengatakan mereka telah bentrok dengan militer pada Selasa di Kota Naungcho dan Hsipaw dan di pusat penambangan rubi Mogok di wilayah tetangga Mandalay.

TNLA adalah anggota dari apa yang disebut Aliansi Persaudaraan bersama dengan Tentara Arakan (AA) dan Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA). Dalam serangan yang mengejutkan pada Oktober lalu, aliansi tersebut merebut sebagian besar wilayah dan beberapa jalur perdagangan yang menguntungkan dengan Tiongkok, sehingga memberikan pukulan terbesar bagi junta sejak mereka merebut kekuasaan.

Pada Rabu, Beijing mengatakan pihaknya secara konsisten mendukung Myanmar untuk dapat memulihkan keadaan dan masyarakat yang stabil sedini mungkin.

"Kami juga bersedia untuk terus memberikan bantuan dan dukungan apa pun yang kami bisa untuk kemajuan perundingan perdamaian yang relevan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Mao Ning. AFP/I-1

Baca Juga: