JAKARTA - Hari Susu Sedunia diperingati setiap tanggal 1 Juni untuk bertujuan menggarisbawahi peranan industri susu dalam menyokong 3 pilar. Ketiga pilar dimaksud adalah pertama meningkatkan status nutrisi masyarakat, kedua memastikan keberlanjutan lingkungan lewat proses produksi yang bertanggung jawab, dan ketiga memajukan kesejahteraan masyarakat dan komunitas.

Saat ini, Indonesia masih mengalami sejumlah tantangan dalam mewujudkan ketiga pilar tersebut. Pilat pertama meski cenderung membaik tiap tahunnya, namun tingkat konsumsi susu di Indonesia masih rendah atau 16,27 kg per kapita per tahun, tertinggal dari negara-negara tetangga.

Menteri Kesehatan RI Ir. Budi Gunadi Sadikin, CHFC, CLU., menegaskan konsumsi protein perkapita masyarakat Indonesia sudah di atas standar nasional yaitu 62,2 gram dari standar nasional 57 gram. Tetapi konsumsi sumber protein hewani, salah satunya susu dan produk olahannya masih rendah.

"Konsumsi susu dapat meningkatkan kecukupan gizi. Susu mengandung protein, kalsium, serta vitamin dan mineral yang banyak dibutuhkan oleh tubuh serta memperkuat sistem imunitas. Kementerian Kesehatan berfokus pada edukasi dalam mencegah masalah gizi melalui pendekatan siklus hidup dimulai dari masa anak-anak dan remaja guna mendukung peningkatan tumbuh kembang," kata kata dalam webinar Peringatan Hari Susu Sedunia oleh Greenfields Selasa (30/5).

Untuk mewujudkan ketiga pilar tersebut masih menemui tantangan. Hal ini salah satunya karena jumlah Produksi Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) masih belum mencukupi, sehingga masih mengandalkan susu impor yang persentase mencapai 80 persen untuk memenuhi kebutuhan susunya.

Gubernur Jawa Timur Dra. Hj. Khofifah Indar Parawansa, M.Si., mengatakan, pada kondisi normal sebelum penyakit mulut dan kaki (PMK), kebutuhan susu segar harian Industri Pengolah Susu (IPS) Jawa Timur berjumlah 2.000 ton. Dari jumlah itu namun baru terpenuhi sebesar 1.400 ton dan masih defisit sebanyak 600 ton.

Jawa Timur kata dia masih melakukan impor bahan baku industri susu berupa susu bubuk skim, susu bubuk utuh dan susu bubuk penuh sebanyak 342.000 ton per tahun. Peningkatan populasi sapi perah untuk meningkatkan produksi susu segar kian dibutuhkan terlebih akibat wabah PMK.

"Peringatan Hari Susu Sedunia oleh Greenfields indonesia menjadi salah satu upaya untuk mendorong peternak agar tetap berdedikasi dalam beternak sapi perah penghasil susu segar. Kami juga menyadari pengendalian PMK tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah, keterlibatan stakeholder lain juga sangat diperlukan," katanya.

Kepala Divisi Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, IPB University Dr. Ir. Epi Taufik, S.Pt, MVPH, M.Si, IPM, memaparkan, sebagai komoditas pangan penting, susu tidak hanya memberi dampak positif bagi kesehatan. Lebih jauh dari itu memberi dampak positif bagi sektor lainya seperti sosial, maupun ekonomi dengan keberadaan peternakan dan pabriknya.

Agar dapat memainkan peranan secara optimal, industri susu juga harus mampu menyokong keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Kedua hal tersebut umumnya tercantum pada tata laksana pengelolaan ternak sapi perah atau good dairy farming practice (GDFP) yang wajib dipenuhi dan dipastikan kelayakannya oleh para peternak maupun produsen.

"GDFP meliputi kesehatan hewan, proses pemerahan, pakan, hingga kesejahteraan hewan dan lingkungan. Sepanjang pengamatannya, GDFP ini masih belum sepenuhnya diterapkan dengan baik oleh sebagian peternak maupun produsen di Indonesia, padahal langkah ini sangat mempengaruhi kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan, dan juga kelestarian lingkungan," lanjut Epi.

CEO Greenfields Indonesia Andre Rompis menjelaskan, Greenfields Indonesia bermula dari bisnis peternakan yang didirikan oleh para profesional di bidang agrobisnis pada 1997 lalu. perusahaan ini memahami pentingnya mengelola dan menjaga kenyamanan seluruh sapi yang saat ini berjumlah lebih dari 19.000 ekor, dari jenis Holstein dan Jersey.

"Kami menjalankan Greenfields Farming Philosophy, best practice dairy farming management yang menjamin baiknya kuantitas dan kualitas produk mulai dari peternakan, proses produksi hingga tiba di tangan konsumen. Seluruh rangkaian proses produksinya dikawal oleh para ahli dan tenaga profesional terpercaya," kata dia.

Andre menuturkan pihaknya konsistensi dari komitmen tersebut melahirkan happy cows yang memiliki produktivitas tinggi, mencapai hingga 34 liter per sapi, atau hampir tiga kali lipat dari rata-rata produktivitas sapi dari peternakan lain. Pada akhirnya, rata-rata produksi susu sapi segar Greenfields Indonesia tiap tahun mencapai hingga 97 ribu ton atau kurang lebih 10 persen dari total produksi SSDN 2022.

Prestasi lainnya adalah dengan penerapan keamanan hayati (biosecurity) yang ketat. Dengan demikian diharapkan sapi-sapi di kedua peternakan Greenfields Indonesia dapat terhindar dari wabah PMK. Selain itu setiap rangkaian proses produksi dilakukan penuh dengan tanggung jawab, berpihak pada lingkungan maupun kesejahteraan masyarakat dan komunitas lokal.

Head of Dairy Farm Development & Sustainability, Government, Environment and Safety Farm Greenfields Indonesia Heru Setyo Prabowo, dalam melestarikan lingkungan perusahaan memanfaatkan solar panel sebagai tambahan energi, membangun kandang terbuka agar tidak menciptakan gas rumah kaca. Air bekas pembersihan kandang digunakan kembali untuk pembersihan selanjutnya, dan pengolahan kotoran sapi menjadi listrik biogas dan juga pupuk.

Untuk pemberdayaan masyarakat dan mewujudkan ekonomi sirkular, Greenfields Indonesia telah melaksanakan berbagai program, salah satu yang banyak diminati adalah Kemitraan Sapi Perah Greenfields (KSG) yang telah berjalan hampir 16 tahun. Dari 220 mitra peternaknya, rata-rata KSG menghasilkan 15 ton susu per hari atau sejumlah 108 juta rupiah per hari.

"Selain itu, kami juga membuka kesempatan kepada masyarakat untuk menyediakan pakan bagi seluruh sapi kami. Setiap tahunnya transaksi untuk kebutuhan rumput odot mencapai 7,5 miliar rupiah sedangkan tebon jagung mencapai lebih dari 100 miliar rupiah," kata dia.

Greenfields Indonesia menyediakan berbagai varian produk olahan susu seperti susu segar, UHT (terbuat lebih dari 50 persen susu segar), yoghurt segar yang bakteri baiknya masih hidup, hingga keju segar dengan berbagai varian. Selain itu, sebagai pemimpin pasar dalam kategori susu segar dengan pangsa pasar lebih dari 50 persen.

"Greenfields Indonesia juga terus mengedepankan edukasi untuk mengajak masyarakat rutin mengonsumsi susu segar, salah satunya melalui kampanye #StartFresh yang baru-baru ini diluncurkan," kata Heru.

Baca Juga: