JAKARTA - Para Ekonom memperkirakan konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2021 tetap stabil dan tidak akan terpengaruh dengan larangan mudik menjelang Idul Fitri. Hal itu karena masyarakat, khususnya umat Muslim, selalu mengistimewakan bulan Ramadan dengan mengonsumsi makanan yang berbeda dengan hari-hari biasa.

Pakar Ekonomi dari Universitas Airlangga Surabaya, Imron Mawardi, mengatakan selain konsumsi makanan, tradisi membeli pakaian dan perhiasan biasanya meningkat. "Pada Ramadan, banyak yang bersedekah dan menyalurkan zakat kepada masyarakat yang kurang mampu sehingga mendorong konsumsi," kata Imron.

Menurut dia, Marginal Propensity to Consume/MPC atau tambahan konsumsi terhadap tambahan pendapatan cukup tinggi sehingga tambahan pendapatan akan dibelanjakan. Apalagi ditambah Bantuan Langsung Tunai (BLT), sehingga konsumsi akan menjadi andalan pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu, Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menyatakan konsumsi akan tetap tumbuh karena stimulus pemerintah melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) tahun ini lebih besar yakni 699,43 triliun rupiah lebih besar dibanding pada 2020 sebesar 695,2 triliun rupiah.

Selain itu, program-program PEN tahun ini juga lebih beragam yang diharapkan mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga agar kontribusinya terhadap perekonomian nasional terjaga.

Menurut dia, konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2020 lalu anjlok karena masa-masa Lebaran berada saat pandemi Covid-19 baru memasuki periode awal dan bantuan sosial melalui program PEN belum tersalur dengan baik.

Berbeda dengan tahun ini, kasus baru Covid-19 mulai melandai sehingga berdampak positif pada konsumsi masyarakat, terutama kelas menengah atas.

"Jika tren ini bisa dijaga, saya kira akan berdampak pada aktivitas konsumsi masyarakat, khususnya kelas menengah atas," kata Rendy.

Kelas menengah, jelasnya, sangat penting dalam mendorong konsumsi rumah tangga karena proporsi mereka mencapai sekitar 80 persen.

Uang Beredar

Sementara itu, Direktur Eksekutif Indef, Tauhid Ahmad, mengatakan larangan mudik tidak akan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. "Penurunan terhadap uang yang beredar iya, tapi seberapa besar pengaruhnya ke ekonomi mungkin relatif kecil karena putaran uang tetap ada," kata Tauhid.

Pihaknya mencatat tambahan uang yang beredar selama dua minggu masa Lebaran 2020 mencapai 114 triliun rupiah. Perputaran uang tersebut diprediksi masih terjadi tahun ini, meskipun tidak sebesar tahun lalu. n SB/E-9

Baca Juga: