Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memproyeksi kebiasaan mengonsumsi natrium secara berlebihan berkontribusi terhadap 1,89 juta kematian setiap tahun.

Dalam laporan bertajuk WHO global report on sodium intake reduction yang dirilis pada Kamis (9/3) menunjukkan, natrium yang merupakan senyawa penting dalam menunjang aktivitas normal tubuh memiliki dampak buruk jika dikonsumsi secara berlebihan. Faktanya, asupan garam berlebih merupakan faktor risiko utama dalam kematian terkait gizi. Dampak buruk ini termasuk menyebabkan tekanan darah tinggi dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.

Tak hanya itu, lebih banyak penelitian yang mendokumentasikan hubungan antara asupan natrium yang tinggi dan peningkatan risiko kondisi kesehatan lainnya seperti kanker lambung, obesitas, osteoporosis, dan penyakit ginjal.

"Pola makan yang tidak sehat adalah penyebab utama kematian dan penyakit secara global, dan asupan natrium yang berlebihan adalah salah satu penyebab utamanya," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO.

Sumber utama natrium adalah garam meja natrium klorida, tetapi juga terkandung dalam bumbu lain seperti natrium glutamat. WHO sendiri melaporkan asupan rata-rata asupan garam global diperkirakan 4.310 miligram atau setara 10,8 gram per hari per hari. Angka ini, lebih dari dua kali lipat rekomendasi WHO, yang menyarankan kurang dari 5 gram garam per hari atau setara satu sendok teh pada orang dewasa.

Tom Frieden, CEO Resolve to Save Lives, sebuah organisasi nirlaba yang bekerja dengan negara-negara untuk mencegah 100 juta kematian akibat penyakit kardiovaskular selama 30 tahun, menuturkan laporan itu menunjukkan bahwa negara-negara harus bekerja segera untuk menerapkan kebijakan pengurangan natrium yang ambisius untuk memenuhi target global pengurangan konsumsi garam pada tahun 2025.

Atas dasar itu, WHO mengimbau negara anggota untuk menerapkan kebijakan pengurangan asupan natrium tanpa penundaan dan untuk mengurangi dampak berbahaya dari konsumsi garam yang berlebihan.

Sebagai informasi, pada 2013 semua 194 negara anggota WHO berkomitmen untuk mengurangi asupan natrium sebesar 30 persen pada tahun 2025. Namun tak ada kemajuan yang signifikan, di mana belum ada negara yang mencapai target tersebut.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa hanya 5 persen negara anggota WHO yang menerapkan kebijakan pengurangan natrium secara komprehensif. Sementara, 73 persen negara anggota WHO tercatat kurang menerapkan kebijakan tersebut secara menyeluruh.

"Laporan ini menunjukkan bahwa sebagian besar negara belum mengadopsi kebijakan pengurangan natrium wajib, membuat orang mereka berisiko terkena serangan jantung, stroke, dan masalah kesehatan lainnya. WHO menyerukan kepada semua negara untuk menerapkan 'Best Buys' untuk pengurangan natrium, dan produsen untuk menerapkan tolok ukur WHO untuk kandungan natrium dalam makanan," ujar Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Padahal, mengurangi asupan natrium disebut WHO sebagai salah satu cara yang paling hemat biaya untuk meningkatkan kesehatan dan mengurangi beban penyakit tidak menular, seperti penyakit kardiovaskular yang menyebabkan kematian tertinggi setiap tahun. Faktanya, kebijakan pengurangan natrium yang sangat hemat biaya dapat menyelamatkan sekitar 7 juta nyawa secara global pada tahun 2030.

"Laporan penting ini menunjukkan bahwa negara-negara harus bekerja segera untuk menerapkan kebijakan pengurangan natrium yang ambisius, wajib, dan dipimpin pemerintah untuk memenuhi target global pengurangan konsumsi garam pada tahun 2025," sambungnya.

Baca Juga: