Pelambatan laju inflasi sejak awal tahun ini menjadi lampu kuning bagi pemerintah untuk memperkuat kembali konsumsi masyarakat yang kian melemah.

Jakarta - Laju inflasi diperkirakan terus melemah pada awal Juni, melanjutkan tren pelambatan sejak memasuki tahun ini. Pelambatan tersebut mengindikasikan pelemahan konsumsi masyarakat yang selama ini berkontribusi besar dalam menggerakkan perekonomian nasional.

Bank Indonesia (BI) menyebut penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah daerah mendorong rendahnya inflasi pada pekan pertama Juni 2020 mencapai 0,04 persen karena turunnya permintaan dan pendapatan masyarakat.

"Pengaruh PSBB, aktivitas ekonomi, pendapatan masyarakat itu mengalami penurunan, konsumsi menurun karena permintaan lebih rendah," kata Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, dalam keterangan pers daring di Jakarta, Jumat, pekan lalu.

Secara tahunan, inflasi per pekan pertama Juni 2020 mencapai 1,81 persen juga lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. Angka tersebut di bawah sasaran BI selama 2020 di kisaran 2-4 persen.

"Hasil itu didapatkan dari survei pemantauan harga yang dilakukan kantor perwakilan bank sentral ini di seluruh Tanah Air," ungkap Perry.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan hasil inflasi pada Mei 2020 sebesar 0,07 persen dibandingkan dari bulan sebelumnya (mtm) saat periode Ramadan dan Idul Fitri. Angka itu lebih rendah dibandingkan capaian pada April lalu sebesar 0,08 persen.

"Pada periode Ramadan dan Idul Fitri biasanya terjadi inflasi tinggi seiring dengan adanya peningkatan permintaan masyarakat dan tingkat konsumsi yang besar," jelas Kepala BPS, Suhariyanto.

Sebagai perbandingan, pada Maret lalu, BPS mencatat inflasi 0,1 persen, lebih rendah dari Februari 0,28 persen, dan Januari 0,39 persen.

Dengan inflasi Mei tersebut, laju inflasi tahun kalender Januari-Mei 2020 tercatat 0,90 persen dan inflasi dari tahun ke tahun mencapai 2,19 persen. Tahun lalu, laju inflasi tahun kalender hingga Mei 2019 tercatat sebesar 1,47 persen dan inflasi tahun ke tahun mencapai 3,32 persen.

Fokus Pemerintah

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Pingkan Audrine Kosijungan, mengatakan pemerintah perlu fokus untuk memperbaiki tingkat konsumsi masyarakat sebagai salah satu upaya untuk memulihkan perekonomian nasional.

Guna memulihkan ekonomi nasional yang terkena dampak pandemi, perbaikan dari segi konsumsi menjadi perhatian utama pemerintah untuk segera dicarikan jalan keluarnya. Menurutnya, konsumsi memainkan peranan penting dalam perekonomian.

"Dengan adanya konsumsi yang meningkat maka akan mendorong terjadinya produksi dan distribusi di ragam sektor sehingga berdampak menggerakkan roda-roda perekonomian. Sebaliknya, jika konsumsi lesu, maka baik produksi maupun distribusi barang/ jasa pun akan terimbas," jelasnya, beberapa waktu lalu.

Berdasarkan kelompok pengeluaran, konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi. Untuk triwulan I-2020, data dari BPS mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 2,97 persen secara yoy dengan kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 1,56 persen. Angka ini turun tajam jika dibandingkan dengan kondisi di kuartal pertama tahun 2019 silam yang mencapai 5,02 persen perbandingan tahunan.

mad/Ant/E-10

Baca Juga: