Banyak yang telah diketahui tentang peran kesehatan fisik dan mental seorang ibu terhadap kesehatan janin yang dikandungnya. Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa dalam hal kelahiran prematur, bukan hanya kesehatan mental ibu yang penting.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLOS Medicine ini menunjukkan bahwa anak-anak yang lahir dari ayah yang memiliki penyakit kejiwaan memiliki peningkatan risiko kelahiran prematur.

Menurut perkiraan WHO, sekitar 13,4 juta bayi lahir prematur pada tahun 2020. Faktor-faktor seperti kehamilan kembar, infeksi, pengaruh genetik, dan kondisi kronis seperti diabetes dan tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kelahiran prematur.

"Kelahiran prematur dikaitkan dengan konsekuensi kesehatan yang negatif bagi bayi. Wanita dengan diagnosis psikiatri berisiko lebih tinggi mengalami kelahiran prematur, tetapi lebih sedikit yang diketahui tentang risiko pada keturunan dari ayah yang memiliki diagnosis psikiatri dan untuk pasangan yang kedua orangtuanya memiliki diagnosis psikiatri," kata para peneliti dari Karolinska Institute, dikutip dari Medical Daily, Rabu (6/9).

Tim peneliti mengevaluasi semua kelahiran hidup dari orang tua Nordik di Swedia dari tahun 1997 hingga 2016 dan mengumpulkan informasi mengenai diagnosis kejiwaan. Terdapat 1,5 juta kelahiran, di mana 15 peraen di antaranya lahir dari orang tua yang memiliki diagnosis masalah kesehatan mental.

Para peneliti menemukan bahwa pada orang tua yang tidak memiliki kondisi kesehatan mental, 5,8 persen bayi lahir prematur. Di antara bayi yang ayahnya memiliki diagnosis kejiwaan, risiko kelahiran prematur adalah 6,3 persen, dan dengan diagnosis kejiwaan ibu, risikonya meningkat menjadi 7,3 persen. Dalam kasus ketika kedua orang tua didiagnosis, risiko kelahiran prematur adalah 8,3 persen.

Selain itu, diagnosis gangguan terkait stres pada orang tua dikaitkan dengan risiko tertinggi kelahiran prematur yakni 23 persen ketika ayah memiliki gangguan terkait stres dan 47 persen ketika ibu memiliki diagnosis. Risikonya adalah 90 persen ketika kedua orang tua memiliki gangguan terkait stres.

Kemungkinan kelahiran prematur lebih tinggi lagi pada bayi yang orang tuanya memiliki beberapa gangguan kejiwaan.

"Anak-anak dari orang tua yang memiliki gangguan jiwa memiliki risiko yang lebih tinggi untuk dilahirkan terlalu dini, baik dari sisi ibu maupun ayah," ujar Weiyao Yin, peneliti yang memimpin penelitian ini.

Seperti diketahui, kelahiran prematur seringkali terjadi sebagai akibat dari tekanan dan stres yang berlebihan yang dialami oleh salah satu atau kedua orang tua. Kesehatan mental yang buruk pada ibu hamil, seperti depresi, kecemasan, atau situasi kehidupan yang sulit, dapat memicu pelepasan hormon stres dalam tubuh yang dapat memicu kontraksi rahim dan menyebabkan kelahiran prematur.

Selain itu, pola makan yang tidak sehat, kurangnya perawatan prenatal yang tepat, dan gaya hidup yang tidak sehat juga dapat berkontribusi pada kelahiran prematur. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mendukung kesehatan mental mereka selama kehamilan dan mencari dukungan medis serta perawatan prenatal yang adekuat untuk mengurangi risiko kelahiran prematur.

Baca Juga: