Kementerian Pertahanan (Kemhan) menginisiasi komponen cadangan (Komcad) sebagai salah satu cara melibatkan generasi milenial menunjukkan kecintaannya terhadap Tanah Air.

Program ini juga tengah dijajaki untuk dikerjasamakan dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) agar mahasiswa bisa terlibat dalam Komcad yang jadi salah satu bagian dari program Bela Negara.

Langkah tersebut mendapat respons beragam dari berbagai pihak. Salah satunya, banyak yang menilai langkah tersebut tidak tepat karena bisa jadi upaya untuk militerisasi lingkungan perguruan tinggi.

Untuk mengupas terkait Komcad, Koran Jakarta mewawancarai Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kemendikbud, Nizam. Berikut petikan wawancaranya.

Banyak yang menilai Komcad merupakan upaya militerisasi kampus. Bagaimana tanggapan Anda?

Komcad sama sekali bukan militerisasi kampus. Adapun semangatnya cinta negara yang merupakan sebuah keharusan. Jadi, mohon kita lihat secara positif. Mahasiswa jangan khawatir dengan program Komcad maupun pendidikan militer. Tidak perlu phobia, itu kan zaman dulu.

Program ini sinergi kita dengan teman-teman di Kemhan. Tujuannya untuk lebih baik lagi dalam peta bela negara, mengetahui program strategisnya sehingga itu baik untuk pendidikan kita.

Sejauh mana ini menunjang pendidikan di kampus?

Pendidikan militer dalam Komcad dapat menunjang pendidikan mahasiswa. Setelah lulus mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang ada dalam pendidikan militer. Pendidikan militer itu tidak hanya latihan fisik. Tapi belajar strategi strange, weakness, opportunities, thread (SWOT) analisis, kemudian problem solving dengan cepat, itu diajarkan di militer. Hal itu sangat berguna bagi mahasiswa.

Adapun nanti sarjana yang memiliki kemampuan tersebut akan lebih dibutuhkan perusahaan. Dengan kemampuan itu, kemampuan berpikir kritisnya terlatih, kemampuan berpikir kritis ini kan sangat dibutuhkan oleh perusahaan di mana masa ini banyak sekali kompleksitas.

Jadi akan masuk dalam Kampus Merdeka?

Pendidikan Komcad ini terstruktur, kalau diimplementasikan, dalam bayangan saya, ada di Kampus Merdeka. Jika nantinya menjadi bagian Kampus Merdeka, mahasiswa yang mengambil mengikuti Komcad dapat meninggalkan kampus. Jadi, mahasiswa enam bulan meninggalkan kampus. Jadi tidak masuk dalam kampus, tapi ada pendidikan tersendiri.

Teknisnya seperti apa?

Belum tahu nanti programnya apakah berjalan di akademi militer atau di Universitas Pertahanan atau di pendidikan khusus yang disiapkan. Belum sampai ke sana pembahasannya. Tapi intinya itu program tersendiri, dan tidak di dalam kampus.

Berarti masih akan dibahas?

Ya, pembahasan lebih lanjut belum Kemendikbud lakukan dengan Kemhan. Kita masih mencari model yang pas, waktunya bagaimana implementasinya bagaimana. Saat ini pembahasan masih di Kemhan, kita perlu obrolan lebih lanjut kita bentuk tim yang lebih luas lagi, saat ini masih tim kecil di Kemhan, jadi mungkin akan kita buat tim yang lebih komprehensif

Akan jadi Satuan Kredit Semester (SKS) juga?

Ya. Adapun pembahasannya termasuk perhitungan SKS masih juga belum dilakukan. Pembahasan ini perlu, karena mahasiswa bakal meninggalkan kampus selama enam bulan.

Pertimbangannya bahwa ada kesempatan bagi mahasiswa mengambil haknya selama satu semester atau dicicil beberapa bulan yang nanti bisa di ekuivalensikan dengan SKS.

Kenapa bisa? Karena itu keahlian juga kan, ada hardskill seperti kepemimpinan, soft skill seperti teamwork leadership ini kan bagian dari kompetensi sarjana, jadi sangat relevan untuk di-SKS-kan.

Pimpinan perguruan tinggi atau rektor juga akan dilibatkan?

Keterlibatan rektor sangat dibutuhkan. Terlebih jika Komcad dapat disetarakan dengan SKS mahasiswa. n muh ma'arup/P-4

Baca Juga: