Sebagai sesama negara anggota ASEAN dan tetangga dekat, Indonesia selalu menjaga hubungan baik dengan Myanmar dalam berbagai bidang. Ketika negara tetangga ini membutuhkan uluran bantaun, Indonesia selalu berada di samping Myanmar. Maka ketika etnis Rohingya yang kebanyaka bermukim di negara bagian Rakhine mengalami tekanan dan kekerasan dari militer Myanmar, maka Indonesia pun tak tinggal diam.

Apalagi dari sisi sosio religi, ada hubungan yang lebih dekat lagi, mereka umumnya penganut Muslim. Maka hal itu menjadi tanggungjawab Indonesia untuk ikut meredakan ketegangan, membantu mengatasi konflik, dan menghentikan kekerasan, selanjutnya melakukan diplomasi langsung agar etnis Rohingya bisa diakui dan hidup layak di Myanmar.

Pemerintah Presiden Joko Widodo pun langsung mengirim Menlu Retno Marsudi pada Minggu (3/9) untuk menemui pemimpin kharismatis Myanmar dan peraih Nobel Perdamaian 1991, Aung San Suu Kyi dan pemimpin Myanmar lainnya. Tujuannya tak lain membawa misi perdamaian untuk Rohingya. Retno pun membawa draf solusi penyelesaian dan membangun perdamaian bagi etnis Rohingya.

Draft usulan perdamaian itu disebut Formula 4+1 yang tediri atas empat elemen, yaitu mengembalikan stabilitas dan keamanan, menahan diri secara maksimal dan tidak menggunakan kekerasan, perlindungan kepada semua orang yang berada di Rakhine State tanpa memandang suku dan agama, dan pentingnya segera dibuka akses untuk bantuan keamanan.

Sepekan setelah misi perdamaian Indonesia yang dipimpin Menlu Retno, kekerasan memang sudah mereda, tetapi arus pengungsi yang mengalir ke negera tetangga Myanmar yakni Bagladesh, masih terjadi, bahkan jumlahnya semakin besar. Mereka khawatir jika masih menetap di Rakhine akan mengalami tindakan kekerasan dari militer. Perjalanan mencari wilayah aman itu cukup memilukan. Mereka butuh bantuan dunia.

Melihat kondisi yang mengenaskan dari para pengusngi Rohingya ini, berbagai kelompok dan organisasi masyarakat di Tanah Air, dengan inisiatif sendiri mengumpulkan bantuan, baik uang maupun barang kebutuhan sehari-hari, seperti selimut, tenda, dan sembilan bahan pokok .Bantuan dari masyarakat tersebut ditambah bantuan resmi pemerintah Indonesia, telah dikirim dengan pesawat Hercules, Rabu (13/9).

Tak kurang Presiden Joko Widodo, resmi melepas pesawat Hercules dari Bandara Halim Perdanakusuma menuju perbatasan Bangladesh dan Myanmar. Bantuan yang diberangkatkan dengan itu merupakan pemberangkatan yang pertama dan akan disusul dengan bantuan-bantuan selanjutnya.

Pengiriman bantuan ini dapat dilakukan tak lepas dari upaya diplomasi yang dilakukan Pemerintah Indonesia kepada Pemerintah Bangladesh dan Myanmar. Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo mengucapkan terima kasih kepada pemerintah kedua negara itu yang telah memberikan akses bagi Indonesia dalam mengirimkan bantuan kemanusiaan.

Kita sangat mengapresiasi gerak cepat dari pemerintah untuk ikut membantu mengatasi kekerasan dan krisis kemanusiaan di Rakhine. Ini tidak lain dari implementasi dari kebijakan luar negeri kita yang bebas dan aktif. Selaian itu, tadi sudah kita tekankan bahwa rasa kemanusiaan dan hubungan baik sesama negara ASEAN telah ditunjukkan oleh Indonesia.

Baca Juga: