Dengan kolaborasi antara sektor keuangan dan pertanian dapat mendukung peningkatan ketahanan pangan di Asean.

JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) optimistis kolaborasi antara sektor keuangan dan pertanian dapat mendukung peningkatan ketahanan pangan di kawasan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara atau The Association of Southeast Asian Nations (Asean). Sektor keuangan menyediakan sumber daya, investasi, dan keahlian yang diperlukan untuk mendukung pembangunan pertanian.

"Sedangkan sektor pertanian memastikan produksi, distribusi, dan keterjangkauan makanan bergizi untuk semua," kata Kepala Pusat Kebijakan Regional dan Bilateral Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu, Yogi Rahmayanti, dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat (14/7).

Seperti dikutip dari Antara, Yogi melanjutkan agenda peningkatan ketersediaan dan keterjangkauan pangan untuk memitigasi krisis dalam jangka pendek dapat diwujudkan dengan berkolaborasi. Kolaborasi dapat menciptakan keberlanjutan dan produktivitas sistem pangan dalam jangka menengah-panjang.

"Dengan memanfaatkan kekuatan kerja sama lintas sektoral keuangan dan pertanian, kami optimistis dapat membuat kemajuan dalam menciptakan dunia di mana ketahanan pangan bukan hanya tujuan tetapi kenyataan," ujar dia.

Hal itu yang melandasi Kementerian Keuangan menyelenggarakan forum bersama jalur keuangan dan pertanian yang mendiskusikan agenda ketahanan pangan kawasan di Yogyakarta, Kamis (13/7).

Bebas dari Kelaparan

Di bawah Keketuaan tahun 2023, Indonesia menginisiasi kerja sama antara sektor keuangan dan sektor pertanian sebagai bagian dari solusi dan upaya realisasi komitmen dunia untuk mewujudkan dunia yang bebas dari kelaparan pada tahun 2030 (Sustainable Development Goals 2).

Bertajuk Asean Finance and Agriculture Join Forum on Food Security, diskusi dalam forum tersebut mencakup dua pembahasan. Bagian pertama, Understanding Asean Cooperation and the Asean Member States Policies on Food Security yang membahas secara mendalam proses kerja sama dan progres pembahasan isu ketahanan pangan serta pengembangannya di bawah sektor pertanian di kawasan.

Bagian kedua, menyoroti potensi kontribusi sektor keuangan pada isu ketahanan pangan di Asean. Sesi kedua membahas proposal yang diajukan oleh Indonesia tentang kontribusi sektor keuangan terhadap agenda ketahanan pangan di Asean, termasuk pengaturan kelembagaan, kerja sama dengan mitra pembangunan, dan rencana kerja.

Sesi tersebut diikuti oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), Bank Dunia, dan Food and Agriculture Organization.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri (Menlu), Retno Marsudi, menekankan pentingnya untuk memperkuat kerja sama ketahanan pangan antara Asean dan India.

Dalam Pertemuan Menteri Luar Negeri Asean (PMC) bersama Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar, di Jakarta, Kamis (13/7), Retno mengatakan seiring dengan jumlah populasi Asean dan India yang terus meningkat maka dibutuhkan juga ketahanan pangan yang kuat.

"Oleh karena itu, kita perlu menginvestasikan usaha untuk memastikan ketersediaan pangan, aksesibilitas dan keterjangkauan (pangan) pada masa-masa krisis," kata Menlu Retno seperti dikutip dari transkrip resmi yang dirilis Kementerian Luar Negeri.

India menjadi salah satu mitra dialog Asean, berpartisipasi dalam Pertemuan Menteri Luar Negeri KTT Asia Timur (EAS) dan Forum Kawasan Asean (ARF) di Jakarta pada Jumat (14/7).

Menurut Retno, kerja sama Asean-India harus fokus pada pembentukan rantai pasokan pangan yang berkelanjutan melalui perdagangan tanpa hambatan, dialog, dan kebijakan pemerintah yang transparan.

Asean mendorong kemitraan jangka panjang dalam teknologi pertanian dan sistem penelitian guna meningkatkan produksi pangan lokal yang juga dapat menguntungkan para petani kecil.

Baca Juga: