Kuartet gesek dari Melbourne Symphony Orchestra (MSO) berkolaborasi bersama komposer dan pianis Indonesia Ananda Sukarlan dan penyanyi sopran Indonesia Mariska setiawan. Kolaborasi tersebut tampil dalam konser 'Notes of Friendship' dalam rangka merayakan hubungan diplomatik Australia-Indonesia ke-75 Tahun'.

JAKARTA - Kuartet gesek dari Melbourne Symphony Orchestra (MSO) berkolaborasi bersama komposer dan pianis Indonesia Ananda Sukarlan dan penyanyi sopran Indonesia Mariska setiawan. Kolaborasi tersebut tampil dalam konser 'Notes of Friendship' dalam rangka merayakan hubungan diplomatik Australia-Indonesia ke-75 Tahun'.

"Musik memiliki kekuatan untuk melampaui batas dan menghubungkan orang-orang dari berbagai latar belakang. Kolaborasi istimewa ini merayakan hubungan erat antara Australia dan Indonesia," kata Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny Williams PSM, usai acara konser, di Jakarta, Kamis (4/7).

Dia mengatakan, MSO akan tampil di Candi Prambanan bersama Yogyakarta Royal Orchestra serta siswa Youth Music Camp. Setelahnya, MSO akan menggelar lokakarya manajemen seni selama tiga hari.

"Perpanjangan Nota Kesepahaman selama empat tahun dengan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dan kesepakatan baru dengan Yogyakarta Royal Orchestra akan ditandatangani dalam kunjungan tersebut," jelasnya.

Managing Director MSO, Sophie Galaise, menambahkan, MSO juga menggelar masterclass manajemen seni juga di Jakarta. Kelas tersebut jadi sebuah kesempatan untuk berbagi pengetahuan dengan insitusi-institusi seni terkemuka di Jakarta.

"Melalui bahasa musik yang universal, MSO membangun pemahaman dan hubungan budaya di seluruh kawasan kita," katanya.

Komposer dan pianis, Ananda Sukarlan, menciptakan karya "I Wish Matilda Had Waltzed to Minang" untuk konser tersebut. Karya tersebut merupakan perpaduan dua melodi asal Australia dan Minangkabau, Waltzing Matilda dan Kampuang Nan Jauh di Mato.

Dia menyebut karya ciptaannya merepresentasikan hubungan diplomatik Indonesia Australia. Selain karya tersebut, Ananda juga mengiringi senandung dari puisi para penyair Indonesia seperti Okky Madasari dan Joko Pinurbo.

"Kedua lagu yang saya persatukan dan saya bikin variasinya di karya ini adalah lagu favorit saya, keduanya lagu yang sedih. Mungkin suasana hati saya saja saat itu," katanya.

Baca Juga: