JAKARTA - Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Nizam mengatakan, kolaborasi antara industri dan pendidikan penting untuk menyongsong Indonesia Emas pada tahun 2045. Diperlukan adanya ekosistem inovasi yang berdampak pada peningkatan produktivitas dan pertumbuhan suatu negara.
"Dalam mencapai cita-cita Indonesia Emas tahun 2045, dibutuhkan kolaborasi multistakeholder untuk mempercepat dan mengonsolidasikan perubahan berkelanjutan baik dalam pola konsumsi maupun produksi," ujar Nizam, dalam Kick Off Program Ekosistem Kedaireka, di Jakarta, Jumat (21/10).
Dia mengungkapkan, pengeluaran Indonesia dalam penelitian dan pengembangan (litbang) baru setara dengan 0,28 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Berdasarkan data Bank Dunia tahun 2020, angka tersebut cukup rendah dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran global dalam litbang yaitu 2,3 persen.
"Insan perguruan tinggi dan industri diharapkan berani berinovasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada," jelasnya.
Lebih lanjut, Nizam menjelaskan, pihaknya meluncurkan Ekosistem Kedaireka berisikan program-program yang diharapkan mampu meningkatkan wawasan dan membuka peluang kolaborasi lainnya bagi insan perguruan tinggi dan mitra industri. Ada tujuh program dalam ekosistem tersebut yaitu Kedaireka Academy, RekaTalks, Match Making Innovation Forum, RekaPitch, CEO Mentorship, RekaPreneur, dan RekaPods.
"Diharapkan semua pihak dapat memahami urgensi menciptakan ekosistem kolaborasi dan memprioritaskan inovasi di berbagai macam industri," tandasnya.
Pendanaan Riset
Sementara itu, Plt. Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kemendikbudristek, Tjitjik Srie Tjahjandarie, mengatakan, pendidikan tinggi dan industri semakin bergantung satu sama lain. Tidak hanya urusan supply tenaga kerja, tetapi lebih dari itu untuk berkolaborasi dalam berbagai program.
Meski begitu, dia mengatakan, kondisi di Indonesia, keterhubungan tersebut masih harus dipantik dan didorong lebih baik. Selama dua tahun, pihaknya menghadirkan Matching Fund Kedaireka yang merupakan program pendanaan riset untuk memperkuat kerja sama tersebut.
"Mas Mendikbudristek selalu menekankan, bahwa pemerintah harus hadir melalui program-program kolaboratif, sebagai simbol penghubung antara dunia pendidikan tinggi dengan DUDI," katanya.
Dia mengatakan, dua tahun berjalan, pihaknya telah menerima 6.637 proposal dari 655 Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia. Sampai saat ini juga tercatat lebih dari 33.000 Insan Perguruan Tinggi dan 9.000 mitra industri telah bergabung di dalam platform Kedaireka.
"Telah banyak program yang berdampak secara signifikan, misalnya kolaborasi antara konsorsium bis listrik perguruan tinggi dengan PT. INKA, yang melahirkan bis listrik untuk helatan Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali pada November nanti," terangnya.