JAKARTA - Menteri Riset Teknologi/ Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan, kolaborasi antara dosen dan industri dalam program penelitian dan pengembangan harus terus diperkuat. Dengan begitu karya-karya inovatif yang dihasilkan dapat diserap oleh industri.

"Dosen harus lebih banyak bergaul dengan industri, lebih mendengarkan masukan dari industri," kata Bambang, di Jakarta, Kamis (19/11).

Kolaborasi dosen dengan industri juga tak lepas dari hilirisasi produk inovasi yang akhirnya berguna untuk masyarakat. Bambang berharap diskusi antara dosen dan industri harus terfasilitasi dengan baik agar terjalin kerja sama yang menguntungkan masyarakat.

"Apalagi kalau industrinya mau berinvestasi dalam upaya penciptaan inovasi, terjalin konsistensi. Ini harus jadi titik tolak kalau inovasi harus jadi arus utama pembangunan Indonesia," jelasnya.

Lebih jauh Bambang mengatakan mengatakan jumlah sumber daya peneliti di Indonesia masih sangat sedikit. Bahkan jumlahnya kalah dari negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Vietnam.

Bambang memperkirakan pengembangan Indonesia untuk menjadi negara berbasis ekonomi inovasi masih membutuhkan jalan panjang. Salah satu yang mesti dilakukan adalah jangan selalu memandang sinis pemanfaatan inovasi oleh industri yang hanya menguntungkan satu pihak.

"Jangan menganggap semua hanya maunya industri. Mereka (industri) membaca apa yang dibutuhkan masyarakat," sambungnya.

Bambang menambahkan inovasi yang dibuat dosen juga harus memiliki hak cipta. Dosen juga harus mengerti jika inovasinya merupakan salah satu kekayaan intelektual.

Dia juga tetap mengapresiasi para peneliti yang terus semangat meluncurkan jurnal ilmiah dengan standar internasional atau terindeks Scopus. Artinya, ada semangat dari peneliti untuk memunculkan inovasi berkualitas.

Meski begitu dia berharap akan semakin banyak peneliti dari Indonesia, baik perguruan tinggi maupun lembaga yang berkarya. Hal ini akan jadi pemicu munculnya inovasi di Indonesia.

"Dan semakin banyak pula jurnal di Indonesia yang masuk Scopus, yang kemudian memicu peneliti untuk terus mempromosikan karyanya menjadi inovasi," tandasnya. ruf/N-3

Baca Juga: