Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meluncurkan program Guru Penggerak sebagai episode terbaru kebijakan Merdeka Belajar.

Guru Penggerak diharapkan dapat menjadi ujung tombak dalam mencapai tujuan dari Merdeka Belajar dengan terciptanya pelajar profil Pancasila yang berketuhanan, dan berakhlak mulia, dengan kebinekaan global, gotong royong, kreatif, bernalar kritis, dan mandiri yang merupakan ciri pelajar unggul untuk masa depan bangsa.

Adanya program ini diharapkan mampu menjawab salah satu permasalahan profesi guru, yaitu terkait kejelasan jenjang karier. Selain itu, para Guru Penggerak nantinya diharapkan dapat menjadi penggerak pendidikan di daerah masing-masing.

Untuk mengupas terkait program Guru Penggerak, Koran Jakarta mewawancarai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim. Berikut petikan wawancaranya.

Apa perbedaan definisi guru penggerak dengan guru yang baik selama ini?

Perbedaannya guru yang baik bertugas mendorong prestasi siswa, mengajar dengan kreatif, dan mengembangkan diri secara aktif. Kemampuan-kemampuan tersebut masih belum cukup untuk menjadi guru penggerak.

Guru penggerak memiliki semua karakter yang baik, tapi punya kemauan untuk berinovasi melakukan perubahan. Perubahan tersebut dicapai dengan mendorong tumbuh kembang siswa secara holistik melahirkan profil pancasila, menjadi pelatih di sekolah dan di luar sekolah, serta menjadi teladan dan agen transformasi bagi ekosistem pendidikan.

Guru baik hanya mengajar, guru penggerak harus memberi dampak ke guru dan sekolah. Saya yakin ada guru penggerak di masing-masing sekolah, hanya saja belum diketahui dan tidak ada pengakuan untuk peningkatan kualitas dia.

Para guru penggerak yang sudah ada saat ini, mereka tidak dimerdekakan untuk melakukan program yang dia inginkan. Mereka juga merasa sendiri karena tidak diberikan wadah untuk kolaborasi dengan guru penggerak lainnya.

Itulah program bukan pelatihan pelulusan, tapi juga wadah didukung pemerintah juga guru penggerak lainnya melakukan perubahan lain. Ada banyak seperti Anda kita satukan.

Bagaimana gambaran umum dari Kemendikbud dalam menciptakan guru-guru penggerak?

Pertama, kita akan melakukan proses rekrutmen yang sangat ketat, tapi kami memberikan kesempatan besar kepada guru-guru terbaik dengan status PNS maupun honorer untuk bisa menjadi guru penggerak. Akan ada programnya juga, kalau untuk guru baru itu PPG, guru penggerak juga punya program melatih potensi kepemimpinan dan membantu guru-guru lain dalam melakukan perubahan. Jadi ada programnya. Yang lulus itulah yang menjadi guru penggerak.

Saya tekankan tidak semua guru seharusnya menjadi guru penggerak karena ini klasifikasi guru yang mau melakukan suatu hal luar biasa. Kami bukan ingin semuannya untuk masuk ke dalam program guru penggerak. Ini hanya untuk yang punya keyakinan ingin berkontribusi besar di luar kelas. Kalau bukan passion jangan mendaftar.

Ada jaminan jenjang karier bagi guru penggerak?

Program ini diharapkan dapat melahirkan calon pemimpin pendidikan masa depan yang memberi dampak perubahan. Selain menjadi guru penggerak nantinya diharapkan peserta yang lulus juga menjadi kepala sekolah, pengawas, dan pelatih program-program pelatihan guru.

Bagaimana Kemendikbud memastikan jenjang karier bagi para guru penggerak ini nantinya?

Kami dari Kemendikbud akan menjalin komitmen dengan semua pemerintah daerah (pemda) dan kepala dinas untuk memastikan para guru penggerak nantinya bisa memberi dampak di daerah masing-masing. Kolaborasi ini juga untuk membuat jenjang karier dengan memprioritaskan para guru penggerak menjadi kepala sekolah, pengawas, dan pelatih guru.

Berapa target guru penggerak yang dihasilkan?

Sampai tahun 2024, program guru penggerak akan diselenggarakan sebanyak 13 angkatan dengan total guru penggerak yang dihasilkan yaitu 405.000. Dalam lima tahun ke depan, transformasi pendidikan melalui program guru penggerak ini diharapkan lebih dari 20 persen sehingga akan memudahkan dalam proses keberlanjutan programnya. m aden ma'ruf/P-4

Baca Juga: