Aksi pembakaran heli itu terjadi pada Minggu (11/4), pukul 20.20 WIT. Helikopter itu dioperasikan oleh PT Ersa Air.
PUNCAK - Aksi yang dilakukan Organisasi Papua Merdeka atau Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua semakin beringas. Jika sebelumnya menembak dua guru hingga tewas, kini mereka kembali melakukan aksi brutal dengan membakar helikopter Cooper di Bandara Ilaga, Kabupaten Puncak.
Aksi pembakaran heli itu terjadi pada Minggu (11/4), pukul 20.20 WIT. Helikopter itu dioperasikan oleh PT Ersa Air.
Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara/UPBU Ilaga, Herman Sujito, mengatakan helikopter yang dioperasikan oleh PT Ersa Air itu beroperasi di kawasan Timika hingga pegunungan. "Jadi memang benar ada pembakaran heli. Heli itu dioperasikan oleh Ersa Air," kata Herman saat dikonfirmasi, Senin (12/4).
Herman menambahkan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, tapi bagian depan heli mengalami kerusakan akibat dibakar. Helikopter tersebut parkir di kawasan Bandara Aminggaru Ilaga lantaran mengalami kerusakan mesin sejak 31 Maret 2021.
Helikopter itu sedang menunggu spare part untuk perbaikan. Karena itulah, heli tersebut terparkir di lokasi kejadian dan belum bisa kembali ke Timika.
Sementara itu, Kasatgas Humas Nemangkawi Kombes M Iqbal Alqudusy melalui keterangan tertulis, Senin, mengatakan aparat berhasil mengidentifikasi empat pelaku pembakaran heli itu.
Keempatnya yakni Prenggen Telenggen, Abu Bakar Kogoya, Lerymayu Telenggen, dan Numbuk Telenggen.
Sampai saat ini, lanjut Iqbal, TNI-Polri masih mengejar empat pelaku pembakaran helikopter tersebut.
Warga Diintimidasi
Selain melakukan pembakaran heli, KKB itu juga melakukan intimidasi kepada warga pendatang di Beoga, Kabupaten Puncak ke wilayah Timika.
Kapolda Papua, Inspektur Jenderal Polisi Mathius Fakhiri menyebut sekitar 40 warga pendatang dari luar Papua meminta segera dievakuasi dari Beoga, Kabupaten Puncak ke wilayah Timika.
Mereka merasa terancam kondisi keselamatannya setelah penembakan yang menewaskan dua orang guru pada pekan lalu.
Kapolda Mathius Fakhiri mengatakan, saat ini puluhan warga pendatang dari luar Papua itu berkumpul atau mengungsi di Kantor Koramil dan sebagian lagi di Polsek Beoga.
Warga yang meminta segera dievakuasi ke luar dari Beoga itu sebagian merupakan guru-guru yang bertugas di Distrik Beoga, keluarga mereka dan warga lainnya yang selama ini mencari nafkah di wilayah itu dengan membuka kios bahan kebutuhan pokok maupun tukang ojek.
"Tadi malam saya mendapat informasi ada sekitar 40-an orang. Mudah-mudahan mereka bisa dievakuasi keluar dari sana," kata Irjen Fakhiri, Senin.
Kapolda Papua belum bisa memastikan kapan puluhan warga pendatang dari luar Papua itu bisa dievakuasi dari Beoga. Hal itu, katanya, sangat bergantung pada kondisi keamanan di Bandara Beoga yang saat ini diketahui diganggu dengan keberadaan Kelompok Kriminal Bersenjata.
"Apabila kita bisa mengamankan parameter di sekitar Bandara Beoga maka pasti kami akan bawa masyarakat yang ada di sana keluar dari wilayah itu," jelasnya.
Pada pekan lalu, dua orang guru yang bertugas di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, tewas tertembak oleh KKB yang teridentifikasi merupakan kelompok Nau Waker alias Tidak Jadi Waker.
Guru Oktovianus Rayo (42) yang sudah bertugas 10 tahun di SD Kelmabet, Distrik Beoga, ditembak KKB saat sedang menjaga kiosnya di Kompleks Perumahan Guru SMP Negeri 1 Beoga, pada Kamis (8/4).
Almarhum Oktovianus terkena tembakan peluru dari jarak dekat mengenai rusuk hingga menembus perut.
Berselang sehari kemudian, Yonathan Renden, guru SMP Negeri 1 Beoga juga meregang nyawa setelah diberondong tembakan oleh KKB.
n jon/Ant/P-4