YOGYAKARTA - Sebagai makhluk yang sejak lahir dianugerahi hak asasi manusia, baik perempuan ataupun laki-laki memiliki kebebasan atas pilihannya untuk menjalankan peran pada ranah publik dan domestik. Tapi nyatanya sejauh ini masih banyak perempuan yang belum memiliki kesempatan untuk menjalani peran tersebut secara beriringan dan setara. Sebab belum meratanya pembagian peran gender pada lembaga terkecil yaitu keluarga, serta lembaga lebih besar setelahnya.

Begitu juga dengan Siti Masamah, seorang perempuan dan Ibu lima anak kelahiran tahun 1965 ini adalah pemberdaya kesejahteraan perempuan di Kelurahan Cokrodiningratan, Jetis, Yogyakarta. Dirinya menjadi perempuan penggerak yang aktif dalam kegiatan peningkatan kapasitas dan kemandirian perempuan di wilayahnya, untuk lebih berdaya dengan berkarya melalui kain jumputan, sejak tahun 2016. Menurutnya menjadi seorang Ibu bukan berarti tidak memiliki kesempatan untuk berkarya sesuai dengan minat dan kemampuan yang dipunyai.

"Kita jadi perempuan itu kan pasti punya keinginan, ketika jadi Ibu ya memang ada yang diprioritaskan. Tapi bagaimana kita bisa komunikasi dengan pasangan, membagi peran di rumah, dan punya tekad untuk mengembangkan diri kita, nanti pasti ada saja jalannya," ujarnya dikutip dari rilis Humas Pemkot Kota hari ini.

Kelompok Jumputan Srikandi Cokro, itulah yang Siti Masamah bentuk bersama 20 Ibu Rumah Tangga lainnnya di RW 03 Kelurahan Cokrodiningratan. Pada mulanya mereka mendapat pelatihan kreasi kain jumputan dari Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Yogyakarta di tahun 2015. Dirasa memiliki peluang dan bisa menjadi kesempatan untuk menghasilkan karya, akhirnya mereka mendalami sendiri soal kain jumputan.

"Dulu itu dapat pelatihan satu kali, terus Ibu-Ibu di sini merasa tertarik dan akhirnya ya kita belajar lagi sendiri, mengulik soal jenis kain yang cocok, pola ikatan kain, teknik pewarnaan, dan ya sampai bisa produksi sendiri. Hasil yang kami buat mulanya dibawa ke tiap kegiatan perkumpulan, ternyata banyak yang tertarik. Kemudian terus berkembang, pemasarannya mulai memanfaatkan media online, Alhamdulillah peminatnya banyak," tuturnya.

Anggota dari Kelompok Jumputan Srikandi Cokro, mayoritas adalah Ibu Rumah Tangga, yang dalam aktivitasnya bisa memproduksi kain jumputan di sela waktu seiring menjalankan perannya yang lain. Mungkin orang lain akan menilai ini adalah aktivitas biasa, hanya aktivitas sekelompok Ibu-Ibu di kampung untuk berkumpul dan membuat prakarya. Tapi bagi Kelompok Jumputan Srikandi Cokro, ini merupakan kesempatan mereka untuk menjadi manusia seutuhnya.

"Kalau pas kumpul itu, kami semua ya merasa senang, bisa melakukan apa yang jadi keinginan kami. Ya mungkin kalau dilihat biasa saja, karena memang kain atau batik jumputan itu tidak serumit batik tulis. Tapi melalui kain jumputan ini kami bisa berkarya, merasa punya harapan untuk menjalankan peran lain dan tentunya jadi bisa lebih mandiri karena punya penghasilan dari sini," ungkapnya.

Baca Juga: