JAKARTA -Nazar sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah janji pada diri sendiri. Atau hendak berbuat sesuatu jika maksud tercapai. Bahasa lainnya kaul. Misalnya ia mempunyai nazar kalau anaknya lulus, ia akan mengadakan selamatan.

Bernazar adalah berjanji akan berbuat sesuatu jika maksud tercapai. Mengucapkan nazar, mempunyai kaul: ia kalau anaknya sembuh, hendak bersedekah. Sederhananya nazar adalah sesuatu yang diniatkan akan dilakukan bila keinginan tercapai. Ada pula yang menyamakan nazar itu dengan sumpah.

Dalam khazanah sejarah, ada beberapa tokoh yang nazarnya kemudian melegenda. Tapi, ada pula nazar dari tokoh tenar di negeri ini yang kontroversial. Berikut sekelumit cerita nazar atau sumpah yang diniatkan salah satu tokoh terkenal di negeri ini.

Sumpah atau nazar yang hendak Koran Jakarta ceritakan ini adalah nazar yang diucapkan oleh Mohammad Hatta. Salah satu proklamator Indonesia ini, ketika muda, sempat bernazar, tidak akan menikah dulu jika Indonesia belum merdeka.

Dan, Bung Hatta, demikian panggilan akrab sang proklamator itu, memang menunaikan nazarnya. Ia benar-benar tak menikah sampai Indonesia pun kemudian diproklamirkan jadi negara yang merdeka. Negara yang berdaulat, bebas dari segala penjajahan.

Mengutip buku, Hatta, Hikayat Cinta dan Kemerdekaan, yang ditulis Dedi Ahimsa Riyadi, dikisahkan tentang seorang bernama Mak Eteb Ayub. Dia adalah pengusaha Minang. Bung Hatta punya kedekatan dengan Mak Eteb Ayub. Oleh Hatta, pengusaha Minang itu sudah dianggap sebagai ayah angkatnya.

Mak Eteb Ayub pula yang menyokong Hatta saat ia sekolah di Batavia hingga kuliah di Rotterdam, Belanda. Tapi sejarah pun kemudian mencatat, saat kuliah, Hatta tampil sebagai sosok pemuda yang berani menentang Belanda yang saat itu menjajah Indonesia.

Hatta pun dianggap orang yang berbahaya oleh Belanda. Pada bulan Juli 1932, Hatta pulang ke Indonesia. Nah, tanpa peduli Hatta tak disukai Pemerintah Belanda, Mak Eteb Ayub tetap menjemput Hatta di Tanjung Priok. Tindakan yang penuh risiko.

Benar saja, Mak Eteb Ayub kemudian ditangkap Belanda, karena ketahuan membawa Hatta dalam sebuah perjalanan bisnis ke Jepang pada bulan Februari 1933. Nah, ternyata Hatta atau Bung Hatta ini pernah dijodohkan dengan Nelly, putri Mak Eteb Ayub.

Meski didesak teman dan kerabatnya, untuk segera menikah dengan Nelly, Hatta tetap teguh dengan nazarnya tak akan menikah sampai Indonesia merdeka.

Karena nazar itulah Bung Hatta telat menikah. Hingga kemudian kawan seperjuangannya Soekarno atau Bung Karno yang juga proklamator risau. Bung Karno pun berinisiatif mencarikan jodoh bagi Bung Hatta. Hingga bertemulah dengan Rahmi yang kemudian dipersunting oleh Bung Hatta. Bung Hatta dan Rahmi menikah pada 18 November 1945.

Baca Juga: