JAKARTA -Dikisahkan Letnan Jenderal (Purn) Sintong Panjaitan dalam buku Perjalanan Seorang Prajurit Komando, yang ditulis Hendro Subroto (2009), saat masih berpangkat Kapten, Prabowo Subianto pernah bikin heboh markas Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Saat itu, Prabowo sedang menjabat sebagai Wakil Komandan Satuan Anti Teror Kopassus.

Satu pagi tahun 1983, Komandan Satuan Anti Teror Kopassus, Mayor Luhut Panjaitan, dikagetkan dengan situasi di markasnya. Seluruh anak buahnya sudah siap dengan perlengkapan tempur. Setelah diselidiki, ternyata mereka bersiap hendak menculik Letnan Jenderal Benny Moerdani. Dan yang bikin Luhut kaget, rencana penculikan itu berasal dari Prabowo Subianto, wakilnya di Satuan Anti Teror.

Singkat cerita Luhut pun memanggil Prabowo. Kepadanya Prabowo melaporkan bahwa Benny hendak menggulingkan Soeharto. Bahkan pasukan anti teror juga rencananya hendak mengamankan Presiden Soeharto ke markas Kopassus di Cijantung. Karena itu sudah tudingan serius Luhut pun membawa persoalan itu ke Wakil Danjen Kopassus.

Tapi Prabowo keukeuh dengan tudingannya, bahwa Benny hendak merancang kudeta. Persoalan itu pun sampai dibawa ke Panglima ABRI Jenderal M Jusuf. Setelah rapat dengan beberapa jenderal senior, M Jusuf pun menganggap persoalan itu selesai. Dan menganggap tudingan kudeta itu tak pernah ada. Prabowo sendiri kemudian diberi sanksi 'ringan'. Statusnya sebagai menantu Presiden, membuat para jenderal mungkin merasa tidak enak untuk menjatuhkan sanksi berat. Apalagi sampai ke pemecatan. Padahal, tudingan itu sangat serius.

Dalam buku Perang Panglima: Siapa Mengkhianati Siapa, yang ditulis Femi Adi Soempeno dan AA Kunto A (2007), mengungkapkan mengutip pernyataan Mayjen (Purn), Kivlan Zen, Eks Kepala Staf Kostrad, pada 1984 pasca peristiwa heboh di markas Satuan Anti Teror Kopassus, Prabowo sempat 'dibuang' menjadi Staf Kodim. Kata Kivlan, itu yang membuat Prabowo begitu sakit hati pada Benny. Benny dianggap ada di balik pembuangan Prabowo ke Kodim.

"Itu kan sakit, orang dari lapangan dipindahkan ke Kasdim. Karena apa? Karena Prabowo melaporkan ke Pak Harto ada gerakan Benny Moerdani," kata Kivlan seperti dikutip dalam buku Perang Panglima : Siapa Mengkhianati Siapa?

Dalam bukunya Konflik dan Integrasi TNI AD (2004), Kivlan Zen juga mengungkap cerita yang sama. Menurut Kivlan, gara-gara laporan Prabowo ke Soeharto, Jenderal Benny marah besar.

Prabowo pun dikeluarkan Benny dari Kopassus dan melemparnya jadi Kepala Staf Kodim. Kata Kivlan, jabatan itu, jabatan buangan. "Ini yang kemudian menimbulkan kebencian dan ketidakberdayaan sangat mendalam Prabowo Subianto terhadap Jenderal Benny Moerdani," tulis Kivlan.

Tapi untungnya, kata Kivlan, Jenderal Rudini yang saat itu menjadi Kepala Staf TNI AD pada 1985, menyelamatkan Prabowo. Prabowo kembali ditarik menjadi Wakil Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328, salah satu kesatuan elit di lingkungan Kostrad.

Baca Juga: