JAKARTA - Ada sepenggal cerita sejarah menarik tentang kisah perwira Angkatan Udara. Perwira Angkatan Udara tersebut adalah Komodor Muda Udara Agustinus Adisutjipto.

Komodor Adisutjipto punya jasa besar dalam membangun Angkatan Udara di negeri ini. Kisah perwira Angkatan Udara ini, Koran Jakarta kutip dari akun resmi Angkatan Udara di Instagram.

Ada pun kisah tentang Komodor Muda Udara A Adisutjipto adalah saat salah satu perwira perintis Angkatan Udara ini menerbangkan pesawat pembom Diponegoro II. Dalam akun resmi Instagramnya, TNI Angkatan Udara mengkisahkan, pada satu waktu Komodor Muda Udara A. Adisutjipto diperintah untuk menerbangkan pesawat pembom Diponegoro II dari Pangkalan Udara Bugis Malang ke Pangkalan Udara Maguwo.

Komodor A. Adisutjipto pun berhasil menerbangkan pesawat pembom itu dengan selamat. Padahal, ketika berada di atas kota Semarang pesawat sempat ditembaki musuh dari bawah.

"Namun pesawat berhasil lolos dari target penembakan. Akhirnya, pesawat berhasil mendarat di Pangkalan Udara Maguwo. Pada penerbangan tersebut, turut serta juru teknik udara Malang yaitu Hananjoeddin, Mohamad Usar, Mustari, Matkarim dan Mustakim," tulis TNI Angkatan Udara di akun resmi mereka di Instagram.

Komodor Agustinus Adisoetjipto lahir di Salatiga, Jawa Tengah pada 3 Juli 1916. Ia meninggal di Bantul, Yogyakarta, 29 Juli 1947 pada umur 31 tahun. Mengutip buku, 100 Pahlawan Nasional dan Sejarah Perjuangannya, yang ditulis Edy Sutrisno dan Elizabeth Tara, sekitar tahun 1947, saat Belanda melakukan agresi militernya yang pertama, dua perwira Angkatan Udara Republik Indonesia yakni, Adisutjipto dan Abdulrachman Saleh diperintahkan untuk pergi ke India.

Keduanya ditugaskan untuk mencari bantuan dari India. Pulang dari India, pesawat Dakota VT-CLAyang ditumpangi kedua perwira Angkatan Udara ini mampir di Singapura dengan maksud mengambil bantuan obat-obatan dari Palang Merah Malaya.

Setelah obat-obatan itu dimuat, pada tanggal 29 Juli 1947 pesawat pun kembali terbang dengan tujuan pangkalan udara Maguwo di Yogyakarta. Saat itu, harian Malayan Times dalam pemberitaannya melaporkan jika penerbangan Dakota VT-CLA yang ditumpangi kedua perwira Angkatan Udara itu sudah mengantongi izin pemerintah Inggris dan Belanda.

Sore hari penyambutan pesawat pun dilakuan. Perwira Angkatan Udara lainnya, Suryadarma yang juga kolega Adisutjipto dan Abdulrachman Saleh sudah menanti kedatangan pesawat di lapangan udara Maguwo.

Tragedi pun terjadi. Pesawat Dakota VT-CLA ditembak Belanda. Pesawat pun jatuh dengan terlebih dahulu menyambar sebatang pohon. Badan pesawat patah menjadi dua bagian lalu terbakar. Sejak tahun 1962, peristiwa ditembaknya pesawat Dakota VT-CLA yang ditumpangi dua perwira Angkatan Udara itu diperingati TNI AU sebagai hari Bakti TNI AU. Dan sejak 17 Agustus 1952, lapangan udara Maguwo diganti menjadi Lanud Adisutjipto.

Baca Juga: