Judul : Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Pengarang : Tere Liye

Penerbit : Gramedia

ISBN : 978-602-03-3160-7

Novel ini menceritakan kehidupan seorang ibu dan kedua anaknya di bantaran kali. Rumahnya berdinding dan beratap kardus. Nama anaknya Tania dan Dede. Mereka putus sekolah semenjak ayah meninggal. Untuk melanjutkan hidup, keduanya naik turun bus untuk mengamen. Hingga suatu malam, tanpa alas kaki apa pun, Tania dan Dede menaiki bus terakhir.

Sebuah paku payung menancap di telapak kaki Tania. "Jangan ditekan-tekan," seorang laki-laki muda minta Tania. Ia membalut kaki Tania dengan saputangan putih. Om Danar panggilannya. Dia mengantar Tania dan Dede pulang ke rumah kardus mereka. Setiap pekan, dua kali om Danar datang membawa oleh-oleh dan mainan. Atas bujukan om Danar, akhirnya ibu mau menyekolahkan Tania dan Dede kembali dengan bantuan biaya Danar.

Hidup mereka berubah 180 derajat karena sekarang tinggal di kontrakan kecil berkat "Malaikat pelindung" (om Danar) mereka. Tak berapa lama, Tania dan Dede kehilangan ibu selama-lamanya. Di depan pusara ibu, om Danar berkata, "Daun yang jatuh tak pernah membenci angin." Kata-kata itu selalu menjadi misteri. Tania dan Dede harus melanjutkan kehidupannya kembali.

Tania yang selalu mendapat nilai terbaik di sekolahnya, ditawari beasiswa ASEAN sekolah menengah pertama elite di Singapura. Awalnya Tania menolak karena tidak mau berpisah dengan om Danar. Akhirnya, Tania menerima. Dede tetap bersama om Danar merawat pusara ibu di Jakarta.

Tania tersadarkan perkataan ibu sebelum meninggal. Ibu mengatakan, jangan menangis dalam keadaan apa pun. Dia bertanya-tanya, apa maksud ibu saat itu. "Aku tidak akan menangis dalam keadaan apa pun, Bu," kata Tania.

Sekarang umur Tania sudah 17 dan Danar 31. Sweet seventeen-nya dirayakan di flat sekolah. Kali ini, Danar dan Dede menjenguk ke Singapura. Perayaan ultah yang tak terlupakan bagi Tania. Saat Danar dan Dede hendak kembali ke Jakarta, Danar memberi sesuatu pada Tania.

Kotak merah kecil yang isinya sebuah kalung dengan liontin huruf T. Tania berpikir, kalung itu akan menjadi spesial baginya. Malamnya, Anne (teman kamar Tania di Singapura) mengatakan, arti T bisa saja "teman". Akhirnya, Tania mengirim email kepada Dede karena tak tahan dengan rasa penasaran itu. Dede lama membalasnya. Tania langsung menanyakan, dan jawaban Dede sungguh membuat Tania merasa tidak pernah menjadi spesial di mata Danar. Anne benar, mungkin T artinya "teman". Dede, ibu, dan Danar juga memiliki kalung itu.

Suatu saat, Tania mendengar kabar rencana pernikahan Danar dengan Ratna. Tania ingin menanyakan, tetapi dilarang Anne. Ratna menyusul ke Singapura membujuk Tania datang di pernikahan mereka. Tania berkeras tidak datang.

Pernikahan tidak berjalan baik, sampai Ratna "lari" kembali ke orang tua. Tania langsung naik pesawat ke Jakarta. Jawaban dari misteri perkataan ibu terjawab setelah Tania sampai di Indonesia. Tania langsung menggenggam erat lengan Dede. Tania memaksa Dede agar mengaku selama ini telah menyembunyikan rahasia besar tentang perasaan Danar.

Akhirnya, Dede menceritakan semuanya. Sejak 6 bulan lalu, di laptop om Danar, Dede menemukan sebuah file naskah novel 50 halaman. Saat Dede baca, tahu bahwa novel itu tidak akan pernah selesai. Novel itu menceritakan kisah hidup Tania dan Om Danar. Liontin itu juga sebenarnya sangatlah spesial. Di balik liontin milik Tania dan Danar terdapat potongan lengkungan jika disatukan membentuk daun pohon linden berbentuk hati.

Malam itu, Tania langsung pergi menemui Om Danar di rumah kardus dulu. Di bawah pohon linden bersama "Malaikat Pelindung", ada perasaan yang tersimpan lama. Karena tidak mendapat jawaban perasaan, Tania kembali ke Singapura. "Ibu yang telah mengetahui perasaanku benar. Tak seharusnya aku memiliki perasaan ini pada 'malaikat pelindung' keluarga kami."

Diresensi Melliana Dewi Santoso, Pelajar SMA Mater Dei Probolinggo

Baca Juga: