JAKARTA - Setelah sekian lama diburu, pasukan TNI yang dikerahkan untuk menghancurkan pemberontakan Kahar Muzakkar akhirnya bisa mengendus tempat persembunyian bekas pejuang di zaman perang kemerdekaan itu.

Operasi penyergapan pun digelar. Sebagian pasukan Batalyon 330/Para Kujang pimpinan Umar Sumarna ditugaskan jadi pasukan penyergap. Komandan Batalyon 330/Para Kujang itu sendiri adalah Yogie S Memet. Saat itu, Yogie yang kelak jadi Mendagri masih berpangkat Mayor.

Sementara pasukan RPKAD jadi pasukan penyekat, untuk mengantisipasi kalau-kalau Kahar Muzakkar dan pasukannya bisa lolos dari penyergapan. Penyergapan dimulai dengan bantuan Ali Basya, anak buah Kahar yang sebelumnya ditangkap.

Dari mulut Ali Basya pula, lokasi persembunyian Kahar bisa diendus. Setelah menyusuri sungai di dalam hutan, pasukan Batalyon 330, melihat ada rakit yang ditambat di pinggir sungai. Bahkan, terlihat juga seseorang yang sedang mandi yang kemudian kabur begitu mendengar bunyi deru helikopter yang melintas di udara.

Pimpinan pasukan Umar Sumarna lantas membagi pasukannya jadi beberapa tim. Empat orang, salah satunya adalah Ili Sadeli, diperintahkan naik ke lereng mengejar ke arah orang yang kabur. Tiba di lereng, Ili jadi ditugaskan untuk menutup jalan. Sedangkan tiga kawannya langsung menyergap.

Kontak tembak tak bisa dihindari, ketika tiga orang anggota Batalyon 330 mulai melakukan penyergapan. Pengikut Kahar kocar-kacir berlarian ke beberapa arah. Mereka sempat melakukan perlawanan, meski kemudian pasukan Batalyon 330 yang sudah mengepungnya bisa melumpuhkannya. Beberapa orang pengikut berhasil ditewaskan.

Kahar Muzakkar sendiri akhirnya tewas, setelah ditembak oleh Ili Sadeli. Kisah penyergapan Kahar dan tewasnya pemimpin pemberontak di Sulawesi itu sempat dimuat di Majalah Angkasa Edisi Koleksi, Kostrad Pasukan Pemukul Terbesar.

Seperti dimuat Majalah Angkasa, Ili yang jadi pelaku tewasnya Kahar, bercerita, ketika ia sudah berhasil menewaskan Kahar dan meyakini yang ditembaknya itu adalah benar-benar orang yang paling dicari, ia sempat berteriak memberi tahu teman-temannya.

"Kahar beunang euy, Kahar beunang euy," teriak Ili dalam bahasa Sunda. Maksudnya, Kahar telah didapatkan.

Ili berteriak begitu saking senangnya. Tapi ia agak bingung, karena tak ada yang merespons. Ili pun lalu memutuskan untuk turun dari lokasi tewasnya Kahar dengan maksud memberi tahu komandannya bahwa Kahar telah sukses dilumpuhkan.

Namun betapa kagetnya Ili, ketika mendapati kawan-kawan satu pasukannya termasuk komandannya sedang asyik menyantap nasi liwet. Menurut Ili, di pinggir sungai, kedua belas teman-teman satu pasukannya sedang asyik menyantap nasi liwet. Nasi liwet itu adalah nasi liwet pasukan Kahar yang tak sempat dimakan, karena keburu diserang.

Kata Ili, teman-temannya asyik melahap nasi liwet, termasuk Umar Sumarna, danton pasukan. Mereka rupanya sangat kelaparan. Sementara di sekeliling mereka, bergelimpangan mayat anak buah Kahar yang telah tewas.

Ili pun langsung melapor ke dantonnya. Dapat laporan seperti itu, Umar Sumarna bergegas menuju lokasi tewasnya Kahar. Setelah itu mayat Kahar diamankan, karena hari menuju malam. Baru kemudian, Brigjen M Jusuf, Yogie S Memet, dan Solihin GP datang ke lokasi tertembaknya Kahar menggunakan helikopter. Dengan helikopter, mayat Kahar lalu di bawa ke Makassar. ags/N-3

Baca Juga: