Judul : DI's Way
Penulis : Dahlan Iskan
Penerbit : Noura Books
Cetakan : Pertama, Februari 2019
Tebal : 200 halaman
ISBN : 978-602-385-765-4
Harapan adalah penggerak untuk mendorong perubahan di tengah situasi yang menantang. Bangsa yang mau bangkit harus bisa mengindustrialisasi harapan (manufacturing hope), istilah yang diperkenalkan Dahlan Iskan setelah diangkat menjadi Menteri BUMN pada tahun 2011. Untuk mengindustrialisasi harapan, bahan bakunya niat baik, ikhlas, kreativitas, dan totalitas.
Buku ini memuat 25 kisah sosok mengilhami yang dijumpai Dahlan, misalnya tentang kisah Irwansyah, dari Desa Untoronadi, Magetan, Jatim. Irwansyah menjadi semacam Bulog di desanya. Setelah panen, dia membeli gabah petani yang harganya anjlok. Irwansyah menjual gabah tersebut saat harga naik. Uang yang sudah diterima petani dihitung, dipotong biaya proses pengeringan. Sisanya dikembalikan ke petani.
Dia mengambil laba dari pekerjaannya sebagai penjual pupuk. "Strategi Bulog" Irwansyah digunakan untuk mempertahankan loyalitas konsumen. Irwansyah sejauh ini hanya mampu membeli gabah dari 40 petani. Tapi peran dan strateginya luar biasa. Dia menggabungkan peran Bulog, Bank Indonesia, Bappenas, Kementan, dan BUMN untuk level desa.
Tulisan dalam buku semula terbit di disway.id. Buku juga menuturkan kehebatan sosok-sosok pengilham di bidang teknologi, di antaranya Profesor Raldi Artono Koestoer yang di kartu namanya tak mencantumkan gelar apa pun. Kata Dahlan, Profesor Raldi bukan intelektual biasa. Dia intelektual egaliter. Kerja intelektulanya tak hanya dengan disiplin berpikir keras. Dia juga membawa misi kemanusiaan.
Profesor Raldi membuat inkubator murah untuk mengatasi meninggalnya bayi prematur. Inkubator hanya butuh listrik 50 watt dengan berat 13 kg. Tapi, inkubatornya ini hanya dijual khusus untuk pembeli yang mau jadi relawan: meminjamkan untuk orang miskin.
Ada juga tulisan tentang Garuda Maintenance Facility (GMF), salah satu anak perusahaan Garuda yang sukses. GMF yang dipimpin Ir Iwan Joeniarto MM dipercaya melayani perawatan pesawat maskapai asing seperti KLM. GMF yang berlokasi dekat landasan pacu Bandara Soekarno-Hatta melayani maskapai dari 15 negara.
Namun kadang inovasi, niat baik, dan kreativitas anak negeri menghadapi kendala yang cukup ironis. Rudy Tavinos punya ide brilian dengan membuat kilang sehingga minyak mentah tidak perlu diangkut ke sana kemari. Membangun kilang butuh biaya sekitar 100 triliun rupiah, sehingga balik modalnya lama.
Jadinya, rencana membangun kilang tak kunjung nyata sehingga BBM impor terus. Rudy muncul dengan ide sederhana membuat "kilang mulut tambang". Meskipun kapasitasnya kecil, tapi mangkus. Tantangan teknis berhasil diatasinya. Hasilnya, produksi sumur minyak Exxcon Cepu diolah di kilang Rudy.
Akan tetapi, kisah Rudy berakhir menyedihkan. Lumbung itu tidak untuk ayam. Keluar aturan pemerintah yang melarang jual minyak mentah di mulut tambang. Akhirnya, kilang Rudy tutup. Pada titik ini, kita melihat bahwa esai-esai ini tidak hanya menyodorkan bahan baku harapan. Buku juga memercikkan cara pandang kritis. Bahan baku harapan pada akhirnya juga harus dikelola dan disinergikan dengan kebijakan para pengurus publik.
Kisah lainnya tentang Erika Eriyanti, petani wortel dari Batu, Malang, yang hanya lulusan SMA. Dia memimpin rekan-rekannya untuk belajar, berinovasi, belajar ke para petani di Berastagi, Sumut. Petani seperti Erika ini terlihat kian mandiri, berusaha maju tanpa "bantuan pemerintah seperti di Tiongkok.
Kisah-kisah dalam buku ini semoga menyuburkan harapan guna melawan pesimisme dalam menatap masa depan. Kisah-kisah dalam buku ini penting untuk dicerna dan disebarkan agar model kreativitas, tekad, ketulusan, dan kerja positif lainnya dapat dikembangkan terus. Diresensi M Mushthafa, Dosen Institut Ilmu Keislaman Annuqayah, Sumenep