Selama ini narasi-narasi yang menyatakan Densus 88 harus dibubarkan berasal dari kelompok terorisme dan kelompok radikal. Maka, amat menyesatkan dan sangat berbahaya, jika seorang anggota dewan mendukung narasi tersebut.

JAKARTA -Kinerja Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri dinilai efektif dan profesional. Bahkan tim yang banyak menangkap teroris tersebut dianggap sebagai salah satu detasemen antiteror terbaik di dunia. Penilaian ini datang dari anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Poengky Indarti, di Jakarta, Jumat (8/10).

"Makanya, saya sangat heran dan menyayangkan bila ada anggota DPRyang menyatakan Densus 88 sebaiknya dibubarkan karena islamofobia dan menjadikan teroris sebagai komoditas," tandasnya. Dia menanggapi pernyataan anggota DPR, Fadli Zon, yang minta Densus dibubarkan saja.

"Densus 88 sejak didirikansudah berhasil menegakkan hukum terhadap para teroris dan bahkan dengan prestasinya, Densus 88 adalah salah satu detasemen antiteror terbaik di dunia," tambah Poengky. Kompolnas sebagai lembaga pengawas fungsional Polri, termasuk Densus 88 di dalamnya, kata Poengky, sangat mengapresiasi kinerja Densus 88 yang sangat efektif dan profesional.

Tidak hanya Kompolnas, dunia internasional juga menyoroti profesionalitas kinerja Densus 88. Poengky pun membagikan beberapa artikel yang memuat narasi tentang Densus 88 Antiteror. Seperti pada tahun 2016, Reuters menulis artikel berjudul Fighting back: How Indonesia's elite police turned the tide on militants.

Dalam artikel tersebut, Profesor Riset dan Ekspor Terorisme di Global Islamic Politics di Alfred Deakin Institute, Melbourne,Australia, Greg Barton, mengatakan Densus 88 telah lebih baik dari kelompok kontraterorisme lainnya di dunia.

Tidak Berdasar

Artikel berikutnya tahun 2018 ditulis The Conversation dengan judul How Indonesia's counter-terrorism a model for the region (Bagaimana kekuatan kontra-terorisme Indonesia telah menjadi model bagi kawasan, Red). Poengky juga membagikan artikel pernyataan Sidney Jones, pengamat masalah terorisme dari International Crisis Group yang dipublikasikan sebuah media online Jakarta berjudul Sidney Jones: Pemberantasan Teroris di Indonesia yang terbaik.Artikel diterbitkan November 2011.

Terkait pernyataan Anggota DPR Fadli Zon yang menyatakan Densus 88 sebaiknya dibubarkan karena islamofobia dan menjadikan teroris sebagai komoditas, Poengky menila, pernyataan tersebut tidak berdasar. Selain itu, juga tidak didukung data, tidak didukung penelitian dan sejarah berdirinya Densus 88.

Selain itu, kata Poengky, pihak yang mengeluarkan pernyataan Densus 88 dibubarkan tidak masuk dalam komisi yang menjadi mitra atau pengawal Polri. "Selama ini narasi-narasi yang menyatakan Densus 88 harus dibubarkan berasal dari kelompok terorisme dan kelompok radikal. Maka, amat menyesatkan dan sangat berbahaya, jika seorang anggota dewan mendukung narasi tersebut," ujar Poengky.

Anggota Kompolnas ini menambahkan, dalam wawancara dengan para narapidana terorisme, mereka menganggap polisi ssebagai thogut (setan yang disembah manusia). Maka, beberapa kali mereka berusahamenyerang dan membunuh polisi.

Baca Juga: