Jakarta - Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada menyatakan kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) yang hingga menembus tiga persen menambah tekanan bagi mata uang di negara berkembang, termasuk Indonesia. Pelaku pasar uang cenderung mengakumulasi aset dalam denominasi dollar AS.

Seperti diketahui, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis (2/8) sore, melemah 35 poin dari sehari sebelumnya menjadi 14.468 rupiah per dollar AS. Reza mengatakan nilai tukar rupiah kembali mengalami depresiasi terhadap dollar AS seiring sentimen perekonomian Amerika Serikat yang membaik.

"Data ketenagakerjaan Amerika Serikat membaik, itu dapat memicu ekspektasi inflasi naik yang dapat mendorong suku bunga the Fed naik ke depannya," katanya di Jakarta, kemarin.

Sementara itu, Ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, mengatakan pertemuan the Fed pada 31 Juli-1 Agustus memutuskan suku bunga the Fed tetap di level 1,75 persen hingga 2 persen. "Keputusan tetap ini sesuai dengan ekspektasi. Namun ekspektasi kenaikan suku bunga the Fed untuk September menunjukkan probabilitas yang meningkat," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia, Kamis (2/8), rupiah melemah menjadi 14.446 rupiah dari sehari sebelumnya 14.442 rupiah per dollar AS.

Ant/E-10

Baca Juga: