SEOUL - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menekankan perlunya "secara eksponensial" meningkatkan jumlah persenjataan nuklir negara itu dan mengembangkan rudal balistik antarbenua (ICBM) baru di tahun baru, media pemerintah Pyongyang melaporkan, Minggu (1/1).

Hal itu disampaikan dalam rapat pleno Partai Buruh Korea (WPK) yang berakhir sehari sebelumnya. Rapat diadakan untuk menetapkan arah kebijakan utama Pyongyang untuk tahun baru.

Dalam situasi di mana Korea Selatan telah menjadi "musuh kita yang tidak diragukan lagi, menyoroti pentingnya dan perlunya produksi massal senjata nuklir taktis dan menyerukan peningkatan eksponensial persenjataan nuklir negara," kata Kim seperti dikutip oleh Kantor Berita Korea Utara (KCNA) dalam bahasa Inggris dan disiarkan media Korea Selatan Yonhap, Minggu (1/1).

Kim juga menyerukan upaya mengembangkan ICBM baru dan menempatkan satelit mata-mata ke orbit sedini mungkin dalam upaya meningkatkan kemampuan militernya.

"Sebuah tugas ditingkatkan untuk mengembangkan sistem ICBM lain yang misi utamanya adalah serangan nuklir balasan yang cepat," kata KCNA.

Kim melewatkan pidato Tahun Baru tahunannya sejak 2020. Ia memilih menggunakan pesan utamanya yang disampaikan pada pertemuan partai akhir tahun untuk menjabarkan garis kebijakan negara untuk tahun yang baru.

Sebagai indikasi bahwa rezim akan melanjutkan provokasinya pada 2023, Kim menetapkan tujuan baru untuk memperkuat kekuatan militer negaranya untuk tahun yang baru awal pekan lalu dalam pertemuan pleno WPK selama enam hari.

Korea Utara menembakkan sekitar 70 rudal balistik tahun lalu, paling banyak dalam satu tahun, termasuk ICBM Hwasong-17 pada 18 November, di tengah spekulasi bahwa Korea Utara mungkin akan melakukan uji coba nuklir dalam waktu dekat.

Pada Desember, Korea Utara menguji mesin roket berbahan bakar padat berdaya dorong tinggi untuk "sistem senjata strategis tipe baru", sebuah langkah yang dipandang sebagai pengembangan ICBM berbahan bakar padat yang mampu mencapai daratan AS.

Korut melakukan uji "tahap akhir" untuk pengembangan satelit mata-mata militer dengan rencana menyelesaikan persiapan proyek pada April 2023. Korut juga menerbangkan lima drone melintasi Korsel pekan lalu dalam penyusupan pertamanya dalam lima tahun.

"Ada kemungkinan Korut akan mengembangkan ICBM berbahan bakar padat. Korut mungkin mengungkap (itu) pada parade militer, yang diketahui sedang dipersiapkan negara itu," kata Ryu Sung-yeop, seorang ahli di Institut Penelitian Urusan Militer Korea Selatan.

Pada pertemuan partai, Kim berjanji memperkuat kekuatan nuklir, menekankan bahwa rezim dapat menggunakan persenjataan nuklirnya jika diserang.

"Pasukan nuklir kami menganggapnya sebagai misi pertama untuk mencegah perang dan menjaga perdamaian dan stabilitas dan, bagaimanapun, jika gagal menghalangi, maka akan melakukan misi kedua, yang bukan untuk pertahanan," katanya.

Pada September tahun lalu, Kim secara terbuka mengumumkan legalisasi senjata nuklir, karena parlemen menyetujui undang-undang baru yang memungkinkan serangan nuklir preemptif. Dia menyatakan, undang-undang baru membuat status tenaga nuklir rezimnya "tidak dapat diubah."

Dalam berita terpisah, KCNA mengkonfirmasi penembakan peluncur roket ganda "super besar" pada Sabtu dan Minggu.

Korea Utara melakukan uji tembak tiga peluru dalam uji kinerjanya pada hari terakhir tahun 2022. Dan unit militer artileri jarak jauh melepaskan satu tembakan ke arah Laut Timur di hari berikutnya.

Dalam upacara untuk "menghadirkan" peluncur rocker 600 mm di pertemuan pleno WPK, Kim menyebutnya sebagai "senjata ofensif" yang mampu membawa hulu ledak nuklir taktis yang dapat menjangkau seluruh Korea Selatan, kata KCNA.

Pemimpin Korea Utara menyerukan upaya habis-habisan memproduksi senjata ampuh untuk "mengalahkan" AS dan Korea Selatan.

Dia mengutuk AS karena sering mengerahkan sarana serangan nuklir ke Selatan pada 2022 dan memperkuat kerja sama militernya dengan Korsel dan Jepang.

"Korea Selatan sangat ingin membangun senjata yang ceroboh dan berbahaya sambil menyibukkan diri dengan gerakan militer yang bermusuhan untuk menimbulkan konfrontasi," tambahnya.

Kim memperjelas bahwa rezimnya tidak berniat menyerahkan senjata nuklir dan tidak tertarik kembali ke pembicaraan denuklirisasi yang terhenti setelah KTT tanpa kesepakatan antara AS dan Korea Utara pada awal 2019.

Hubungan antar-Korea telah membeku sejak pemerintahan konservatif Yoon Suk Yeol pada bulan Mei berjanji bersikap keras terhadap serangan senjata Pyongyang.

Baca Juga: