Pemimpin Kim Jong-un menyatakan bahwa Korut tengah mengalami krisis kelangkaan pangan yang amat rawan. Kim menyatakan krisis ini terjadi akibat cuaca ekstrem yang menggagalkan panen tahun ini.

SEOUL -Pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong-un, mengakui bahwa situasi pangan di negaranya mengalami kerawanan. Pernyataan Kim ini disampaikan dalam sebuah sidang Komite Sentral Partai Buruh Korut yang dimuat olehmedia pemerintahpada Rabu(16/6).

Dalam pernyataannya, Kim mengimbau petani-petani lokal untuk mampu memitigasi dampak cuaca ekstrem yang telah menggagalkan hasil panen tahun ini. Kegagalan panen ini menurutnya dipicu oleh serangkaian badai musim panas yang melanda tahun lalu.

"Situasi pangan untuk rakyat semakin rawan, ketika sektor pertanian gagal memenuhi kuota produksi beras dan gandum akibat kerusakan yang dipicu bencana topan tahun lalu," kata Kim seperti dilansir kantor berita KCNA.

Korut saat ini masih berada di bawah embargo ekonomi internasional. Tanpa sanksi pun, negeri Komunis itu acap kewalahan menjamin ketersediaan pangan bagi warganya, yang ditandai oleh maraknya kasus malnutrisi seperti dilaporkan PBB.

Korut pun pernah mengalami kelaparan nasional pada era '90-an yang menewaskan ratusan ribu orang setelah jatuhnya Uni Soviet yang membuat Pyongyang kehilangan negara penyokong utama.

Di tengah pandemi korona, gelombang cuaca ekstrem yang menyebabkan bencana banjir meluluhlantakkan sektor pertanian yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional.

KCNA melaporkan bahwa pada pertemuan pleno komite pusat Partai Buruh Korea yang berkuasa, Kim mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dan terjadinya peningkatan kapasitas produksi jika dibandingkan dari tahun sebelumnya, namun Korut mengalami serangkaian bencana yang menciptakan ancaman bagi rakyat.

Banjir yang diakibatkan topan pada musim panas tahun lalu merusak ribuan rumah dan jutaan hektar lahan pertanian. Sebagai reaksinya pemerintah di Pyongyang membangun ulang desa-desa yang rusak dalam tempo singkat. Akan tetapi kerusakan pada sektor pertanian ternyata bersifat jangka panjang.

Kim pun telah menyerukan diambilnya langkah-langkah untuk meminimalkan dampak bencana alam dengan mengatakan bahwa menjamin ketersediaan bahan pangan adalah prioritas utamanya.

Bahas Pandemi

Dalam pertemuan itu, KCNA juga melaporkan dibahas soal sifat berkepanjangan dari pandemi virus korona. Pyongyang memiliki infrastruktur medis yang buruk dan mengalami krisis obat-obatan kronis, dengan para analis mengatakan wabah virus korona akan mendatangkan malapetaka di negara yang terisolasi itu.

Korut diketahui telah memberlakukan penguncian ketat ketika menutup perbatasannya pada Januari tahun lalu untuk menghentikan penyebaran virus dari negara tetangga, Tiongkok, tempat virus itu pertama kali muncul sebelum melanda dunia.

Pyongyangtelah lama bersikeras bahwa mereka tidak memiliki kasus penularan virus korona, namun klaim itu oleh para pengamat.

Sementara perdagangan denganTiongkok yang merupakan jalur kehidupan ekonomi Korut, telah melambat dan semua upaya bantuan internasional menghadapi pembatasan ketat. "Dampak pandemi kemungkinan besar memperburuk situasi kemanusiaan di Korut, dengan kemungkinan sekitar 10,6 juta orang terdampak," kata juru bicara kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UN Office for the Coordination of Humanitarian Affairs /OCHA). SB/AFP/I-1

Baca Juga: