Argumen khilafah yang muncul di tengah masyarakat di tahun politik saat ini hanyalah cara untuk mengadu domba demi tujuan politik kelompok radikal.

JAKARTA - Munculnya argumen khilafah yang diusung oleh kelompok tertentu sebenarnya hanyalah sebagai cara mereka untuk mengadu domba dalam mewujudkan tujuan politik mereka.

"Mereka bertujuan untuk membikin kekacauan, ketidaktenangan, dan ketidaknyamanan. Jelas itu gagasan yang sesat fikir," kata Rais Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Barat (PWNU Jabar) KH Dr. Abun Bunyamin MA dalam rilis BNPT yang diterima di Jakarta, Senin (5/12).

Menurutnya, gagasan irasional yang mengajak masyarakat untuk berimajinasi bahwa khilafah adalah solusi, sungguh memprihatinkan. Karena itu, Ia meminta masyarakat tidak percaya propaganda kelompok radikal tersebut.

"Kalau kita menganut khilafah, nanti khilafah mana yang kita pakai? Tidak bisa diterima dan tidak mungkin, ini bukan buminya. Di sini Islam yang lembut, santun dan damai. Itu Islam Indonesia," kata Abun.

Pun terkait gempa bumi yang diklaim akibat Indonesia tidak menerapkan khilafah, Abun menyangkal keras klaim itu.

Ia menyebut tidak ada kaitan antara bencana yang beberapa waktu lalu terjadi, di Kabupaten Cianjur dengan Indonesia yang dianggap kafir oleh kelompok radikal akibat tidak menerapkan hukum Khilafah. "Tidak, tidak benar. Kalau memang bencana itu terjadi karena ulah manusia, benar. Ulah manusia kaitan dengan tangan, kita tidak memelihara alam. Atau kaitan dengan hati kepada Allah SWT, itu mungkin hati kita yang lupa kepada Allah SWT sebagai pencipta. Kaitan dengan khilafah tidak benar," tegasnya.

Ia menjelaskan setidaknya ada dua faktor yang menjadi celah, mudahnya kelompok radikal dalam mempengaruhi rasionalisme masyarakat dengan gagasan yang sesungguhnya berjarak antara fakta dan argumen.

"Ada dua faktor yaitu kemiskinan dan kebodohan. Karena kalau bodoh, maka -isme apa aja masuk. Ini yang harus ditolong," ungkap kyai yang juga pengasuh Pondok Pesantren Al-Muhajirin, Purwakarta ini.

Oleh sebab itu, dirinya mewanti-wanti kepada masyarakat agar tidak mudah terpengaruh oleh narasi dan gagasan kelompok radikal, yang sejatinya berusaha merendahkan kemampuan berfikir manusia. Terlebih dihembuskan ditengah keguncangan batin masyarakat karena kehilangan keluarga, harta dan benda mereka.

Ia juga mendorong agar khususnya kepada segenap tokoh agama, ulama, kyai dan pemerintah untuk bekerja sama dan berupaya mencegah, dan menguatkan imunitas masyarakat dari segala narasi agama yang didistorsi untuk kepentingan pragmatis kelompoknya.

Warung NKRI

Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI mengingatkan generasi muda terus mewaspadai bahaya propaganda destruktif lewat program Wadah Akur Rukun Usaha Nurani Gelorakan (Warung) NKRI.

"Warung NKRI dapat merevitalisasi nilai Pancasila, memperkuat narasi positif di tengah maraknya disinformasi, serta mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat," kata Kepala BNPT Komjen Pol. Boy Rafli Amar melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.

Mantan kepala Polda Papua tersebut menyakini dengan membuka ruang-ruang dialog yang ringan seperti WARUNG NKRI, maka suara emas kebangsaan yang harus digaungkan ke masyarakat dalam menghadapi distorsi informasi semakin membumi.

Menurut lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) 1988 tersebut, salah satu unsur yang bisa menangkal paham radikal serta mencegah propaganda destruktif di masyarakat ialah kelompok pramuka yang diisi oleh generasi muda.

"Pramuka ini menjadi sarana komunikasi bagi teman sebayanya dalam membangun kebinekaan dan karakter keindonesiaan," tambahnya.

Baca Juga: