JAKARTA - Rencana Pemprov DKI membangun tempat pengolahan sampah menjadibahan bakar (refuse derived fuel/RDFPlant) di Rorotan, Jakarta Utara, takkan mundur. Untuk itu, Pemerintah Provinsi Jakarta terus mengupayakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk membiayainya. Caranya dengan menunda program pembangunan nonprioritas.

Upaya tersebut dilakukan karena sebelumnya Pemprov berencana minjam dari BUMN PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) sebesar satu triliun. "Ya berarti kan harus dari kemampuan keuangan sendiri toh? Ya udah kita upayakan," kata Sekretaris Daerah DKI Jakarta, Joko Agus Setyono, di Jakarta, Selasa.

Joko menyebutkan Pemprov menjadikan pembangunan RDF Plant di Rorotansebagai program prioritas. Program lain bisa ditunda terlebih dulu pengerjaannya. "Paling program-program yang tidak prioritas kita geser dulu," ujar Joko.

Saat ini, Pemprov membuka kembali catatan untuk mencari program-program yang tidak terlalu penting. Anggarannya bisa digunakan untuk pembangunan RDF. Sebelumnya, Ketua DPRD DKI Jakarta, Prasetio Edi Marsudi, minta Pemprov mencari alternatif pendanaan untuk membangun RDF Plant.

"Saya mengkhawatirkan permohonan pinjaman yang diusulkan Pemprov akan menambah beban keuangan daerah," kata Prasetio. Dia minta Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) mengurungkan niat minjam ke pemerintah pusat. Sebagai ganti, Pemprov harus mencari alternatif pendanaan.

Permohonan pinjaman daerah ini sesuai surat Gubernur DKI Jakarta dengan nomor 435/UD.02.03 yang ditujukan kepada Ketua DPRD DKI Jakarta. Pemprov DKI Jakarta berencana mendapatkan pinjaman daerahdari BUMN PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) sebesar satu triliun.

Selain dinilai menambah beban keuangan daerah, dikhawatirkan adanya kemungkinan terburuk mengorbankan kepentingan warga Jakarta. Dengan demikian, Prasetio minta Joko Agus Setyono untukmengkaji kembali skema pembiayaan pembangunan RDF Plant tersebut.

Pengolahan sampah secara mandiri oleh Pemprov DKI akan mengurangi beban TPA Bantar Gebang, Bekasi, yang memang sudah melebihi kapasita. Selain itu, masyarakat diminta memilah sampah dari rumah agar memudahkan pengolahannya.

Pada tahun lalu, tiap hari Jakarta menghasilkan3,1 juta ton sampah. Angka itu menempatkan Jakarta menjadi provinsi kedua penghasil sampah terbesar Indonesia setelah Jawa Tengah (4,25 juta ton sampah). Jumlah sampah harian warga Jakarta meningkat 1.573 ton per hari dalam lima tahun terakhir.

Baca Juga: