WASHINGTON - Federal Reserve pada hari Rabu (29/5) waktu Washington mengatakan prospek perekonomian Amerika Serikat (AS) menjadi lebih suram dengan adanya laporan ketidakpastian yang meningkat dan kekhawatiran terhadap risiko, meskipun pertumbuhan secara keseluruhan terus berlanjut akhir-akhir ini.

"Pandangan ini muncul ketika belanja diskresi berkurang dan konsumen menjadi lebih sensitif terhadap biaya dalam beberapa pekan terakhir, sementara peningkatan lapangan kerja sebagian besar tidak signifikan," kata the Fed dalam survei kondisi ekonomi "Beige Book".

Berdasarkan laporan tersebut, di seluruh AS aktivitas ekonomi tetap positif dari awal April hingga pertengahan Mei, namun kondisinya bervariasi antar-industri dan distrik.

Seperti dikutip dari Barron, setelah menaikkan suku bunga dengan cepat pada tahun 2022, the Fed dalam beberapa bulan terakhir mempertahankan suku bunga pada tingkat yang tinggi dengan harapan dapat menekan inflasi yang membandel dengan menurunkan permintaan.

Namun pada pertemuan terakhir para pengambil kebijakan di bulan Mei, mereka menyebutkan kurangnya kemajuan lebih lanjut menuju target inflasi dua persen dalam mempertahankan suku bunga pinjaman acuan tidak berubah.

Semua perhatian tertuju pada indikasi bahwa the Fed akan mulai menurunkan suku bunganya, dan perekonomian yang lebih dingin dapat memacu optimisme tersebut.

"Sepuluh dari dua belas distrik Federal Reserve melaporkan peningkatan aktivitas ekonomi dalam 'Beige Book' terbaru, sama seperti pada bulan April," kata Wakil Kepala Ekonom AS di Oxford Economics, Michael Pearce.

Dia mencatat bahwa bukti anekdotal dalam laporan tersebut menunjukkan bahwa ekspansi masih didorong oleh konsumen yang kuat.

"Bagian-bagian perekonomian yang sensitif terhadap suku bunga juga bertahan dengan baik meskipun suku bunga tinggi membatasi permintaan pinjaman," kata Pearce.

Penjualan Perumahan

Standar kredit yang ketat dan suku bunga yang tinggi telah menghambat pertumbuhan pinjaman, sementara kenaikan suku bunga juga berdampak pada penjualan perumahan.

Dengan harga yang masih meningkat, konsumen di sebagian besar dari 12 distrik di the Fed menolak kenaikan harga tambahan, yang menyebabkan margin keuntungan lebih kecil.

Sementara itu, beberapa daerah mencatat adanya penurunan ekspektasi perekrutan tenaga kerja di tengah melemahnya permintaan dunia usaha.

"Prospek keseluruhan menjadi lebih pesimistis di tengah laporan meningkatnya ketidakpastian dan risiko penurunan yang lebih besar," tambah laporan tersebut.

Ketidakpastian tersebut mencakup tingkat permintaan konsumen, waktu penurunan suku bunga the Fed, dan hasil pemilihan presiden AS. The Fed akan mengadakan pertemuan kebijakan berikutnya pada pertengahan Juni.

Pengamat ekonomi dari Universitas Surabaya (Ubaya), Wibisono Hardjopranoto, mengatakan kesuraman prospek perekonomian AS tersebut memang beralasan, karena dalam mengambil langkah, pasar dan bank sentral tentu akan mempertimbangkan semua faktor ketidakapstian global yang erat kaitannya dengan AS.

"Semuanya wait and see. Perang di Ukraina belum pasti kapan selesai. Russia seperti tidak terpengaruh oleh sanksi barat yang diharapkan dapat membuat ekonominya tertekan dan menghentikan invasi. Sementara AS sudah berkomitmen membantu Ukraina dan itu tidak murah.

Begitu juga dengan perang Israel-Gaza, yang semakin parah (AS mengirim bantuan ke Israel). Itu semua masih ditambah pasar menunggu siapa pemenang pilpresnya, karena ini nanti akan berdampak dalam hubungan AS ke Tiongkok dan Russia.

"Semua faktor ketidakpastian itu seolah bersama-sama menghambat ekonomi AS, sehingga wajar jika muncul prospek yang pesimis meskipun ada tanda-tanda perbaikan inflasi," ujarnya.

Baca Juga: