JAKARTA- Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam rapat berkala pada awal pekan ini membahas agenda utama yaitu asesmen kondisi stabilitas sistem keuangan triwulan IV 2019.
Rapat tersebut menyimpulkan stabilitas sistem keuangan triwulan IV 2019 tetap terkendali di tengah ketidakpastian perekonomian global yang menurun serta sorotan masyarakat terhadap permasalahan pada beberapa lembaga jasa keuangan di tanah air.
Dalam keterangan bersama anggota KSSK menyebutkan sejumlah perkembangan positif terkait kemajuan perundingan perdagangan antara ASTiongkok, meskipun kelanjutan proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) dan beberapa risiko geopolitik global masih perlu menjadi perhatian.
"Ketidakpastian yang mereda di triwulan IV 2019 juga berdampak pada menurunnya risiko di pasar keuangan global dan mendorong berlanjutnya aliran masuk modal asing ke negara berkembang termasuk Indonesia," sebut KSSK.
Di Sisi domestik, perekonomian Indonesia tetap berdaya tahan yang antara Iain ditandai dengan terjaganya pertumbuhan ekonomi ditopang Oleh konsumsi rumah tangga dan investasi khususnya di sektor bangunan.
Dikatakan bahwa ekspor mulai meningkat meskipun kinerja investasi non-bangunan masih perlu menjadi perhatian. Neraca Pembayaran Indonesia secara keseluruhan tahun 2019 diprakirakan mencatat surplus yang dipengaruhi aliran masuk modal asing yang besar dan defisit transaksi berjalan yang menurun.
"Nilai tukar Rupiah mengalami penguatan didorong oleh berlanjutnya aliran masuk modal asing, bekerjanya mekanisme pasar, dan meningkatnya kepercayaan para investor," sebut KKSK.
Demikian juga inflasi, tetap terkendali di dalam kisaran target. Pada sektor jasa keuangan, stabilitas tetap terjaga. Terkait permasalahan pada beberapa lembaga jasa keuangan, langkah-langkah penanganan secara terkoordinasi dan komprehensif terus dilakukan.
KSSK tetap mewaspadai potensi risiko yang berasal dari perekonomian global maupun dalam negeri dengan meningkatkan koordinasi kebijakan untuk mempertahankan stabilitas sistem keuangan dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.
"Bank Indonesia (BI) terus memperkuat bauran kebijakan. Kebijakan moneter akomodatif tetap dipertahankan, konsisten dengan perkiraan inflasi yang terkendali dalam kisaran sasaran 3±1persen," kata Komite.
Di bidang fiskal, APBN 2019 melalui fungsi countercyclical berhasil menjaga momentum pertumbuhan dan stabilitas makroekonomi. Defisit APBN mencapai 2,20 persen dari Produk Domestik Bruto dengan sumber pembiayaan yang tetap terjaga secara hati-hati dan rasio utang dipertahankan dalam batas aman.
"Imbal hasil Surat Berharga Negara menurun sebagai dampak perbaikan credit rating dan meningkatnya kepercayaan pasar," sebutnya.
bud/AR-2