JAKARTA - Dosen Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira), Maria Regina Jaga, menyebut sumber daya manusia (SDM) Indonesia Timur mampu bersaing dengan SDM Indonesia Barat. Sektor pendidikan bisa jadi contoh bagaimana kualitas SDM di Indonesia Timur mampu mengatasi keterbatasan dari segi sarana dan prasarana.

"Pendidikan memang sarana prasarananya tertinggal, tapi sumber daya manusianya tidak," ujar Maria, usai acara Konferensi Pendidikan di Timur Indonesia, di Jakarta, Sabtu (24/9).

Dia mengatakan, SDM Indonesia timur memiliki semangat dan daya juang tinggi agar mendapat pendidikan yang setara dengan orang-orang di Indonesia Barat. Menurutnya, keterbatasan tidak menjadi hambatan, tapi batu loncatan untuk bergerak lebih baik.

Inisiator pendidikan dari Nusa Tenggara Timur ini mencontohkan, banyak wilayah di Indonesia Timur yang kesulitan akses listrik dan jaringan internet sehingga tidak mampu mengoptimalkan teknologi pendidikan. Untuk mengatasi hal tersebut, pembelajaran memaksimalkan budaya dan lingkungan sekitar untuk menambah pengetahuan siswa.

"Jadi kalau stigma yang bilang bahwa kami Indonesia Timur terbelakang, itu sebaiknya datang dulu, rasakan dan alami bahwa semua kekurangan kami, semua problematika kami bisa menjadi solusi kami untuk mendapat kesempatan belajar yang lebih," jelasnya.

Indonesia Mengajar

Lebih lanjut, Maria menilai, program Indonesia Mengajar berdampak positif bagi para pengajar muda yang berpartisipasi. Menurutnya, pengajar yang ada di Indonesia Timur mendapat bekal pengalaman dan pembelajaran yang lebih kontekstual.

Dia menyebut, toleransi para pengajar muda akan meningkat. Mereka dapat mempelajari dan menghargai perbedaan dari masyarakat terutama para siswa yang kelak bisa diterapkan dalam pembelajaran.

"Pengajar yang terjun akan mendapatkan pemahaman bahwa Indonesia Timur tidak seperti yang ada di stigma, selalu buruk. Satu tahun mengajar, inspirasi dan pengalaman hidup mereka belajar dari orang-orang di sana," katanya.

Dia menambahkan, dampat positif juga akan didapat guru-guru di Indonesia Timur. Mereka akan belajar metode pembelajaran baru agar tidak monoton dan membosankan.

"Mereka belajar metode pembelajaran, pendekatan, sehingga pembelajaran tidak lagi monoton dan membosankan. Itu mereka dapat dari anak-anak di Indonesia Mengajar," tandasnya.

Baca Juga: