Umat manusia mempunyai ambisi untuk mencoba memahami segala sesuatu di dunianya, termasuk ingin mengetahui adanya alam semesta lain selain alam semesta yang ada saat ini melalui sebuah asumsi yang disebut multiverse atau multi alam semesta atau banyak dunia.

Umat manusia mempunyai ambisi untuk mencoba memahami segala sesuatu di dunianya, termasuk ingin mengetahui adanya alam semesta lain selain alam semesta yang ada saat ini melalui sebuah asumsi yang disebut multiverse atau multi alam semesta atau banyak dunia.

"Kita adalah sekelompok orang yang sangat berani dan hidup di planet yang hanya merupakan bagian kecil dari segalanya. Kita menggunakan instrumen kita untuk mencoba memahaminya sebanyak yang kita bisa," kata Sarah Scoles seorang jurnalis sains dalam tulisannya di Scientific American.

Ilmuwan menggunakan alat yang berbeda pertama salah satu alat tersebut adalah fisika teoretis. Alat kedua adalah observasi atau pengamatan langsung. Dengan kedua metode tersebut diharapkan bisa mengetahui adanya multiverse.

Bagi Scoles, terkadang ada hasil eksperimen yang tidak dijelaskan oleh teori. Terkadang ada model teoritis seperti relativitas umum yang tampak begitu meyakinkan sehingga ada beberapa tingkat penerimaan tanpa observasi, dan baru kemudian model tersebut menghasilkan hasil eksperimen.

Ada ide-ide menarik dalam teori yang membutuhkan waktu cukup lama untuk diuji, jadi manusia harus bersabar. Namun, tentu saja, jika muncul teori yang lebih baik dan sesuai dengan uji eksperimental, maka orang akan berbondong-bondong menuju teori yang lebih baik. Mereka tidak akan selalu menunggu teori asli dikonfirmasi.

Apakah menurut sebagian besar fisikawan terbuka terhadap gagasan multiverse? Saat Scoles mewawancarai banyak orang yang berbeda, ia mendapat beberapa kejutan. Beberapa orang yang dianggap sangat observasional maupun ilmuwan keras kepala, ternyata sangat terbuka terhadap gagasan multiverse.

Dan kemudian orang-orang lain yang mempunyai ide-idenya sendiri, yang mungkin memiliki jangkauan luas, ternyata memberi batasan dengan mengatakan, "Tidak, kita tidak bisa memiliki multiverse, tapi kita bisa memiliki hal-hal lain," tulis dia.

Para ahli teori yang berbeda mempunyai selera masing-masing. Batasan bagi seorang peneliti mungkin sangat berbeda dengan batasan bagi peneliti lain. Ada sejumlah filosofi pribadi yang terlibat. Apakah ada gagasan menyeluruh yang diharapkan dapat disampaikan oleh buku The Allure of the Multiverse: Extra Dimensions, Other Worlds, and Parallel Universes, karya fisikawan Paul Halpern dari Universitas Saint Joseph?

Ia ingin orang-orang menghargai berbagai kemungkinan dalam fisika teoretis bahkan terhadap hal-hal yang diterima dengan baik, seperti teori relativitas umum dan fisika kuantum.

Saat ini masih menjadi misteri besar bagaimana semua kemungkinan ini disaring menjadi hay/I-1

Baca Juga: