Keterbatasan fisik tidak menjadi halangan bagi seorang Mugiyanto menjalani karier sebagai Sersan Dua (Serda) satuan TNI AD. Mugiyanto masih mampu mengabdi kepada masyarakat dengan menjadi petani kelengkeng di Kampung Borobudur, Magelang.

Bersama para petani lain, Mugiyanto mengelola lahan satu hektare untuk bertani kelengkeng. Di lahan tersebut terdapat 250 batang pohon berusia 6 tahun yang mampu menghasilkan lebih dari 15 ton kelengkeng dalam satu ton.

"Jika penjualan 35 ribu per kilo sudah 525 juta rupiah untuk pengembangan satu hektare. Itu masih kotor sebab belum termasuk bayar petani, dan lain-lain," ujar Mugiyanto kepada awak media peserta Press Tour Dispenad, di Magelang, Jumat (25/6).

Tidak hanya fokus bertani, Mugiyanto juga mengembangkan potensi agrowisata. Dekat dari Candi Borobudur, pengunjung bisa merasakan sensasi wisata sambil edukasi dan merasakan manisnya buah kelengkeng. Dari kegiatan tersebut, para petani juga mendapat keuntungan lebih, tidak hanya menjual buah kelengkeng.

"Kita akan mendapatkan beberapa income di antaranya dari kunjungan wisata, petik buah, dan benih. Kalau melihat tanaman yang bagus, layak dikembangkan, pengunjung akan membeli benihnya," jelasnya.

Melawan Keterbatasan

Hal yang patut dicontoh dari Serda Mugiyanto adalah semangatnya dalam melawan keterbatasan.

Ketika Koran Jakarta menemui Mugiyanto, dia sudah mengenakan kaki palsu untuk kaki kanannya. Dia mengecek tanaman sambil berbincang dengan para petani lengkeng.

"Kita akan membuktikan bahwa mempunyai keterbatasan fisik masih bisa berkarya dan mampu untuk berprestasi," ucapnya.

Mugiyanto menuturkan kisah kakinya yang hilang ketika ikut Batalion 408 Subrata dalam penugasan di Ambon pada tahun 2001. Dalam penugasan tersebut ia terkena musibah ketika menginjak ranjau dan kakinya langsung hilang.

"Dari kejadian itu kaki saya langsung hilang. Dicari sudah tidak ada. Dari lokasi itu saya dibawa ke rumah sakit, butuh waktu 4-5 jam. Saya sudah dikatakan meninggal sebab HB saya di bawah 4. Apalagi di medan tugas mencari darah juga sulit," ungkapnya.

Mugiyanto menganggap keselamatannya dari peristiwa tersebut sebagai penyemangat dalam hidup. Setelah itu, dia berusaha agar hidup terus bermanfaat untuk masyarakat, keluarga dan negara. Tentu saja juga untuk satuannya, TNI AD.Dia akhirnya bertani kelengkeng.

Baca Juga: