JOHANNESBURG-Korban tewas dalam kerusuhan di Afrika Selatanhingga Selasa (13/7) malammeningkat menjadi 72 orang, lapor para pejabat di negara itu. Massa awalnya turun ke jalan untuk memprotes pemenjaraan mantan Presiden Jacob Zumapekanlalu. Namun setelah itu, aksi protes dengan cepat meningkat menjadi kerusuhan dan penjarahan, diiringi aksi kekerasan.

Menurut otoritas negara bagian dan provinsi, jumlah korban tewas termasuk 19 kematian di Gauteng dan 26 di KwaZulu-Natal. Gauteng meliputi kota Pretoria dan Johannesburg, sedangkan KwaZulu-Natal di timur adalah negara bagian asal Jacob Zuma.

Kilang minyak terbesar Afrika Selatan SAPREF di Durban, ibu kotaProvinsi KwaZulu-Natal dan pusat ekspor-impor utama, terpaksa ditutup sementara karena kerusuhan dan penjarahan diiringi aksi kekerasan, kata seorang pejabat industripadaRabu (14/7).

Sapref adalah usaha patungan 50/50 antara BP dan Shell, dengan kapasitas produksi 180.000 barel per hari dan menyumbang sekitar 35persendari kapasitas penyulingan minyak di Afrika.

Terkait kerusuhan ini, pihak militertelahdikerahkanuntuk membantu pengamanan.Patroli militer dimulai di Gauteng dan KwaZulu-Natal untuk membantu polisi menegakkan ketertiban, namun kerusuhan terus berlanjut.

Di Durban, ratusan penjarah menyerbu gudang dan supermarket. Rekamandariudara dari saluran lokal eNCA menunjukkan asap hitam mengepul dari beberapa gudang dan puing-puing berserakan di jalanan.

Pemerintah daerah mengatakan protes dapat menyebabkan masalah dengan layanan utilitas kota seperti pasokan air, karena perbaikan yang sangat diperlukan tidak dapat dilakukan. Perdana menteri regional KwaZulu-Natal, Sihle Zikalala memperkirakan telah terjadi kerusakan senilai 1 miliar rand (68 jutadollar AS).

Menteri Kepolisian Cele mengatakan, 757 orang telah ditangkap sejauh ini. Dia menambahkanpemerintah akan bertindak tegas untuk mencegah kerusuhan menyebar lebih jauh dan memperingatkan bahwa orang tidak akan diizinkan mengolok-olok negara demokrasiAfrika Selatan.

KetidakpuasanPublik

Aksi protes, awalnya dimulai sebagai dukungan terhadap mantanPresiden Jacob Zuma, yang Rabu lalu memulai hukuman 15 bulan karena dakwaan penghinaan terhadap pengadilan, setelah dia tidak memenuhi panggilan pengadilan beberapa kali.

Jacob Zuma sudah dijatuhi hukuman penjara dalam proses pengadilan korupsi tingkat tinggi selama sembilan tahun masa jabatannya sampai 2018.

Namun pendukung intinya, termasuk banyak warga di KwaZulu-Natal, marah dan memprotes hukuman terhadap Jacob Zuma. Mereka mengklaim bahwa proses terhadapnya berlatar belakang politik yang dilancarkan penggantinya dan presiden saat ini, Cyril Ramaphosa. DW/AFP/I-1

Baca Juga: