JAKARTA - Perusahaan software, blockchain, dan web3 terkemuka yaitu Cosensys baru ini membuat sebuah survei yang di dalamnya ada Indonesia. Menurut hasil survei, Indonesia dengan populasi yang mayoritas terdiri dari generasi muda, kemungkinan menjadi negara yang paling aditptif dengan transpormasi internet di Asia.

Pendiri dan CEO Consensys, Joe Lubin menjelaskan bahwa survei ini dilakukan dengan smapel survei sebanyak 15.158 orang di 15 negara yang tersebar di benua Asia, Amerika, Afrika, dna Eropa. Individu yang menjadi survei berusia antara 18-hingga 65 tahun. Survei tersebut bertujuan untuk mengumpulkan pendapat serta mengukur perilaku pengguna terkait web3, crypto, dan perkembangan Internet saat ini.

"Hasil survei menunjukkan masyarakat Indonesia sangat sadar dalam kepedulian terhadap privasi dan keinginan untuk mempunyai hak kepemilikan digital di Asia. Indonesia mungkin menjadi negara yang paling progresif dan menjanjikan dalam mengarah ke Internet yang didukung oleh pengguna dan berpusat pada komunitas," kata Joe dalam keterangan tertulisnya, Kamis (27/7).

Dia juga menambahkan Indonesia menjadi negara kedua sacar global yang memiliki kesadaran privasi dan pemberdayaan tinggi atas hal tersebut. Di posisi pertama adalah negara Nigeria. Sekitar 77 persen responden menjawab bahwa mereka telah memberikan nilai tambah pada Internet, persentase yang jauh lebih tinggi dibandingkan sebagian besar negara lain dan semua negara Asia yang disurvei.

"Indonesia juga menempati peringkat kedua dalam keinginan untuk membagi keuntungan yang diperoleh perusahaan dari data pengguna yaitu 81 persen, serta untuk memiliki lebih banyak kontrol atas data pengguna mereka di persentase 89 persen," kata Joe.

Selain itu, Indonesia juga menempati peringkat pertama di Asia dalam keyakinan terhadap kepemilikan digital, yang menunjukkan bahwa mereka seharusnya memiliki hal-hal yang mereka ciptakan di Internet.

Joe menilai masyarakat juga lebih sadar akan konsep Web3.0 dibandingkan dengan rekan-rekan mereka di Asia. Tidak cuma itu Indonesia bahkan dinilai masih memiliki pandang positif terhadap tren kripto atau cryptocurrency sebagai mata uang masa depan.

Indonesia memiliki persepsi yang paling positif dan progresif terhadap crypto, di mana crypto dianggap sebagai mata uang masa depan yaitu 17 persen dan memiliki potensi untuk kepemilikan digital hingga 15 persen, serta sebagai alternatif terhadap ekosistem keuangan tradisional sekitar sembilan persen.

"Temuan ini menunjukkan bahwa Indonesia, dengan populasi pemuda yang dimilikinya, sangat terbuka terhadap konsep-konsep Web3.0 dan berada pada posisi yang baik untuk menjadi salah satu yang terdepan dalam pergeseran paradigma menuju internet yang didukung pengguna dan berpusat pada komunitas," kata Joe.

Menurutnya hasil survei tersebut juga menggambarkan pengguna internet Indonesia sebagai builder dan pencipta yang berorientasi ke masa depan, yang berkontribusi pada transformasi era baru Internet.

Baca Juga: