Masyarakat awal di Pulau Kalimantan telah memahami konsep medis tingkat lanjut. Hal ini berdasarkan temuan kerangka berumur 31.000 tahun dengan kaki kiri teramputasi di sebuah gua di pedalaman Kabupaten Berau.

Tim peneliti dari beberapa universitas yang melakukan penggalian di Gua Liang Tebo di Kabupaten Berau, Kalimantan Utara, mendapati temuan unik. Dari penggalian yang sedalam sekitar 1 meter, ditemukan kerangka seorang dewasa muda dengan kaki teramputasi.

Tulang-tulang itu, yang berusia sekitar 31.000 tahun, menunjukkan tanda-tanda amputasi bedah yang disengaja. Informasi ini menjadi temuan paling awal yang diketahui dari amputasi anggota tubuh utama yang sukses.

Sebelumnya, temuan paling awal terkait amputasi ditemukan di situs Neolitik Awal Buthiers-Boulancourt di Seine-et-Marne di Prancis. Dalam laporan yang dipublikasikan pada 2009, ditemukan tulang seorang pria yang lengan kirinya diamputasi.

Namun peneliti kali ini menemukan bagian kaki kiri yang diamputasi itu lebih tua dari temuan paling awal sebelumnya. Kerangka yang digali di gua Kalimantan lebih tua 6.900 tahun dari yang ditemukan di Prancis dan kerangka ini kehilangan bagian bawah dari kaki kirinya.

Pertumbuhan pada ujung tulang yang terpotong menunjukkan bahwa orang tersebut tidak hanya bertahan hidup, tetapi hidup setidaknya selama enam tahun setelah amputasi

Kerangka manusia purba pemburu-pengumpul makanan itu kehilangan sepertiga bagian bawah kaki kirinya, yang tampaknya dipotong oleh alat batu tajam ketika manusia purba itu masih kecil. Yang lebih menarik lagi, manusia purba yang diamputasi itu selamat dari operasi, dan mampu hidup hingga satu dekade setelahnya.

Dalam laporan yang dipublikasikan di jurnal Nature, seorang arkeolog dari Griffith University, Australia, Tim Maloney, dan para rekan penulis studi, mengatakan keberhasilan amputasi sangat menunjukkan bahwa masyarakat awal, setidaknya di Kalimantan, memahami konsep medis tingkat lanjut.

"Tidak hanya dari operasi itu sendiri dan mengatasi kompleksitas pengangkatan (kaki) kiri bawah seorang anak, tetapi ada petunjuk yang sangat kuat bahwa (mereka) memahami perlunya penanganan antiseptik dan antimikroba bagi memungkinkan pasien, individu ini, untuk bertahan hidup," papar Maloney.

Fakta bahwa anak tersebut selamat hingga dewasa, juga menunjukkan perawatan dan dukungan pascaoperasi yang berkelanjutan untuk mengatasi lingkungan sekitar yang keras. "Individu ini adalah anggota komunitas mereka yang berharga. Sangat tidak mungkin mereka bisa hidup tanpa kepedulian komunitas yang tinggi," imbuh Maloney seperti dikutip ABC.net.au.

Gua Liang Tebo tempat penemuan tulang ini merupakan gua batu kapur yang luas dan lapang. Seperti banyak gua di wilayah pegunungan, gua ini kaya akan artefak seni kuno seperti lukisan bercak telapak tangan berwarna merah cerah yang menghiasi dinding gua di beberapa beberapa area yang mungkin telah berusia 40.000 tahun.

Selain itu para arkeolog telah menemukan artefak seperti alat-alat batu di gua-gua ini, namun sisa-sisa dari manusia jauh lebih sulit didapatkan. Mereka merasa beruntung karena tidak mudah menemukan temuan arkeologis di wilayah tropis yang panas, lembab, dan dipenuhi serangga. Pada keadaan itu, tubuh cenderung membusuk dan hancur, atau telah hilang dimakan hewan sebelum terawetkan secara alami.

Bahkan kerang yang terkubur di tempat perlindungan batu yang lebih dingin dan terlindungi dari sinar matahari, bukanlah skenario yang ideal. Apalagi tanah di sana bisa menjadi asam, berkat kelelawar yang tinggal dan buang air di dalam gua itu.

Masih Misteri

Temuan kerangka bermula pada 2020. Dalam penggalian mereka menemukan kerangka dalam pose pemakaman yang disengaja dengan segumpal oker merah di dekat kepala mereka. Maloney dan rekan-rekannya di Australia dan Indonesia merasa yakin bahwa mereka telah menemukan seseorang pelukis yang karya seninya tercetak di dinding gua itu.

Berdasarkan penghitungan sedimentasi di sekitar kerangka serta salah satu gigi kerangka, para peneliti itu bisa menentukan usia kerangka manusia yang terkubur dan hasilnya sekitar 31.000 tahun yang lalu. Ini tidak hanya sesuai dengan waktu karya seni lukisan bercak tangan di wilayah tersebut, tetapi juga menjadikannya pemakaman manusia modern tertua yang diketahui di pulau-pulau Asia Tenggara.

Saat kru arkeologi secara perlahan dan hati-hati menggali kerangka tulang, mereka menyadari kerangka itu kehilangan kaki kiri dan sebagian kaki bagian bawah. Bagian bawah kerangka yang tidak memiliki kaki bagian bawah dan kakinya. Ujung tulang kaki kiri bawah, tibia dan fibula, tampak seperti dipotong dengan sesuatu yang tajam, tetapi telah sembuh dengan baik.

Bagian-bagian yang disembuhkan itu menunjukkan bahwa kaki itu dipotong mungkin enam sampai delapan tahun sebelum orang itu meninggal, yang berarti mereka masih anak-anak atau remaja ketika itu terjadi. hay/I-1

Perkiraan Usia Diketahui dari Gigi

Meneliti tulang yang telah terkubur dalam kurun waktu yang lama tidak mudah. Menggabungkan riwayat medis seseorang berdasarkan tulang kuno adalah tugas yang rumit menurut tim peneliti dalam laporannya di jurnal Nature.

"Berdasarkan bukti yang saya lihat (dalam penelitian), itu pasti bisa amputasi. Ini sangat tidak biasa, yang membuatnya sulit untuk ditafsirkan. Anda tidak sering menemukan hal semacam ini," ujar paleopatologis Universitas James Cook, Kate Domett, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Penyelidikan mendalam ke dalam sisa-sisa kerangka seseorang semacam "osteo-biografi" dapat memberi gambaran tentang seperti apa masyarakat mereka yang lebih luas. "Jelas ada rasa kebersamaan. Mereka dirawat untuk waktu yang lama selama penyembuhan," ujar Domett seperti dikutip dari ABC.net.au

"Tetapi juga, jika seseorang melakukan (amputasi) ini, masyarakat tidak hanya tahu bahwa itu adalah hal yang benar untuk dilakukan, itu menunjukkan bahwa mungkin mereka pernah mencobanya sebelumnya," imbuh dia.

Tim tidak mengetahui siapa yang melukis binatang merah besar di dinding gua terpencil di pedalaman Kalimantan sekitar 40.000 tahun yang lalu. Mereka menilai karya mereka adalah contoh seni cadas figuratif tertua yang diketahui di dunia.

Amputasi bukan hanya soal memotong sedikit bagian tubuh. Para 'ahli bedah' awal itu, misalnya, telah mengetahui untuk menjaga lipatan kulit untuk melipat dan melindungi luka. Kerangka tersebut juga mengalami patah tulang leher yang telah sembuh, tetapi apakah itu terjadi bersamaan dengan cedera atau infeksi yang memaksa kaki mereka diamputasi tidak jelas.

Sangat sulit untuk menghubungkan mereka ke satu peristiwa karena pemodelan ulang (remodeling) tulang terjadi pada tingkat yang berbeda (di berbagai bagian tubuh). Mobilitas mereka kemungkinan membuat lebih rentan mengalami kecelakaan lain setelah amputasi dilakukan.

Kemungkinan orang tersebut memiliki tongkat kayu atau sejenisnya untuk membantu menavigasi daerah pegunungan. Tapi jika dikubur bersama orangnya, tentu saja sudah mengalami pelapukan.

Domett menjelaskan, waktu hidup dan matinya orang Liang Tebo, kala dunia berada dalam zaman es. Permukaan laut jauh lebih rendah daripada sekarang. Hal ini membuat banyak pulau di Asia saling terhubung satu sama lain.

Pada waktu ini, di sisi lain planet ini, orang-orang berpotensi mengamputasi jari. Sebuah situs di Polandia selatan yang disebut Ob?azowa 1 memiliki sejumlah kerangka tanpa jari. "Itu telah ditafsirkan oleh arkeolog sebagai bukti potensial bahwa jari mereka telah dipotong," kata arkeolog Universitas La Trobe, Andy Herries, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut. hay/I-1

Baca Juga: