JAKARTA - Penyakit asma masih menjadi masalah kesehatan dunia termasuk Indonesia. Organisasi asma dunia Global Initiative for Asthma (Gina), terus menekankan pentingnya kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit asma dengan mendorong semua pihak untuk dapat meningkatkan perawatan dan pengobatan penyakit asma.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Dr. Faisal Yunus, Ph.D., Sp.P(K), asma merupakan peradangan kronis yang disebabkan terjadinya penyempitan pada otot-otot saluran pernapasan. Kondisi tersebut dapat menimbulkan mengi (suara bernada tinggi), sesak napas, dan nyeri dada.

"Gejala ini dapat muncul secara episodik dan tidak dapat disembuhkan melainkan hanya dapat dikontrol," katanya dalam keterangan tertulis, Senin (20/6).

Penyebab kekambuhan asma bisa berbeda bagi setiap pasien asma. Namun umumnya asma muncul akibat paparan terhadap faktor pemicu seperti debu, asap rokok, makanan tertentu, kondisi cuaca dan faktor lingkungan lainnya.

"Intensitas serangan asma dapat meningkat jika terpapar lebih sering dengan faktor pemicu tersebut. Jika tidak terkontrol, asma dapat mengancam jiwa," tegas Faisal.

Asma tidak dapat disembuhkan, oleh karenanya penting bagi pasien asma untuk secara aktif mengelola asma agar terhindar dari risiko buruk dan dampak kerugian lainnya. Terlebih sebagian besar pasien asma saat ini belum patuh pada tatalaksana yang dianjurkan dokter sehingga memperparah peradangan ketika kambuh.

Tujuan dari pengelolaan asma adalah agar pasien dapat mengontrol risiko serangan asma dan tentunya hidup dengan lebih produktif. Sebagai upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pencegahan dapat dilakukan dengan mengenali dan menghindari faktor pemicu kekambuhan asma. Selain itu, pasien asma juga dapat melakukan pengobatan yang dianjurkan oleh dokter secara teratur.

"Upaya pengobatan dan terapi kontrol asma dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasien asma. Asma dengan intensitas kekambuhan ringan, sedang dan berat direkomendasikan pemberian terapi kontrol kortikosteroid inhalasi secara rutin dengan dosis yang disesuaikan, tidak cukup dengan obat pelega saja," jelasnya.

Kortikosteroid inhalasi tersebut bekerja sebagai antiinflamasi yang memberikan perlindungan pada penyempitan saluran pernapasan sehingga dapat mengurangi risiko serangan akut, tentunya jika rutin digunakan. GINA juga turut menyarankan untuk mengontrol gejala asma dengan menggunakan terapi kortikosteroid inhalasi .

Menurut Country Medical Director GSK Indonesia dr. Calvin Kwan, menerangkan, asma yang tidak terkendali dapat menghambat pasien menjalani hidup dengan nyaman. Kondisi asma memberikan implikasi negatif pada kesehatan dalam jangka panjang jika tidak ditangani dengan tepat. Selain itu, asma yang tidak terkontrol juga dapat menurunkan tingkat produktivitas pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

"Untuk itu, penting secara disiplin mengontrol penyakit asma dengan mengikuti anjuran dan terapi yang tepat sesuai dengan yang diberikan oleh dokter agar pasien asma tetap dapat menjalani hidup yang produktif dan berkualitas" tutupnya.

Baca Juga: