JAKARTA - Penyakit gagal gagal jantung merupakan kondisi kronis yang serius ketika jantung tidak lagi dapat memompa cukup darah demi memenuhi kebutuhan oksigen tubuh. Penyakit yang bisa dialami siapa saja pada usia berapapun ini terjadi akibat melemahnya otot jantung seiring berjalannya waktu.

Gagal jantung sering kali terlambat didiagnosis karena kemunculannya menyerupai gejala penyakit lain. Gejala paling umum nya adalah mudah lelah, cepat kehabisan napas, batuk atau sesak napas, pembengkakan (edema) terutama di kaki, dan perut terasa kembung atau sakit pada bagian perut .

Ketua Kelompok Kerja Gagal Jantung pada Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Pokja Gagal Jantung Perki) dr. Siti Elkana Nauli, SpJP(K), FIHA, memaparkan, mengacu pada data Data Pokja penyebab gagal jantung terbanyak adalah kondisi penyakit dasar seperti hipertensi, diabetes, obesitas yang tidak terkontrol. Penyebab lainnya karena perjalanan dari penyakit dasar yang alamiah seperti usia, merokok, dan kelainan bawaan.

"Gagal jantung memang adalah kondisi yang serius, sayangnya banyak di antara para pasien yang justru tidak sadar bahwa mereka memiliki gagal jantung. Padahal gejala yang ditimbulkan sangat menurunkan kualitas hidup mereka," ungkapnya dalam media briefing berjudul Berdamai dengan Gagal Jantung, Selasa (31/5).

Ia mencontohkan, mudah lelah meski hanya berjalan jarak pendek, sulit naik anak tangga, tidak mudah tidur karena sesak dan pada akhirnya harus tidur dalam posisi duduk adalah beberapa gejalanya. Namun kondisi ini bukan bukanlah akhir dari harapan hidup seorang pasien.

"Gagal jantung masih dapat dikendalikan dengan tatalaksana yang tepat, sehingga pasien tetap dapat menjalankan hidup yang mendekati normal dan berkualitas serta beraktivitas seperti biasa," tegasnya.

Pasien gagal jantung tetap harus minum obat untuk membantu mengendalikan kondisinya bahkan meski gejala-gejalanya sudah membaik. Beberapa terapi yang biasanya digunakan untuk mendukung kerja jantung meliputi, penghambat reseptor beta (beta-blocker), penghambat sistem renin angiotensin (seperti ACE inhibitor atau ARB), antagonis aldosterone; serta inovasi terbaru penghambat enzim neprilisin (ARNI) dan penghambat sodium glucose transporter (SGLT2 inhibitor).

Selain mengonsumsi obat secara teratur, pasien gagal jantung juga perlu mengurangi jumlah asupan minum, menerapkan pola hidup sehat guna mengendalikan penyakit penyerta yang dimiliki serta menjaga kerja jantung. Ketidakpatuhan terhadap salah satu komponen tersebut akan mengakibatkan perawatan kembali di rumah sakit (rehospitalisasi), dan memperburuk kondisi gagal jantung.

"Pola hidup yang harus diterapkan oleh pasien gagal jantung antara lain, rutin memantau berat badan, membatasi asupan cairan (900 ml - 1,2 liter per hari), program makan yang seimbang, dan pengurangan berat badan pada pasien obesitas, serta melakukan latihan fisik," ujar dia.

Direktur Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular(P2PTM), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Elvieda Sariwati, MEpid, Plt, memaparkan dalam pengendalian penyakit tidak menular berfokus pada penyakit kardioserebrovaskular seperti penyakit jantung terutama gagal jantung, stroke. Penyakit lainnya adalah ginjal, penyakit kanker, dan penyakit paru kronis menjadi fokus pemerintah.

"Penyakit-penyakit tersebut menyedot biaya terbesar dan semakin hari semakin meningkat, menurut data BPJS Kesehatan. Biaya ini belum termasuk biaya yang keluar dari saku (out of pocket) yang ditanggung oleh dirinya dan keluarga," ucapnya.

Country Head of Public Affairs, Communications & Patient Engagement PT Novartis Indonesia Hanum Yahya memaparkan, gagal jantung adalah penyakit dengan beban yang sangat besar, baik bagi pasien, keluarga pasien, maupun negara. Beban tersebut tidak hanya secara ekonomi, yang sebagian besar berasal dari perawatan pasien di rumah sakit yang lama dan berulang, tetapi juga beban secara psikologis.

"Demi mendukung penurunan beban yang ditimbulkan oleh penyakit gagal jantung Novartis Indonesia bersinergi dengan asosiasi medis, organisasi pasien, dan pemerintah, dalam meningkatkan preventif dan promotion serta tatalaksana gagal jantung di Indonesia," jelasnya.

Baca Juga: