JAKARTA - Kinerja industri manufaktur kembali meningkat pada bulan Mei 2021. IHS Markit mencatat Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia bulan lalu sudah naik ke level 55,3 dari 54,6 pada bulan April 2021.

IHS Markit, perusahaan global yang bermarkas di Inggris juga mengatakan seiring dengan peningkatan indeks manufaktur tersebut, juga seiring dengan penyerapan tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan kapasitas operasional yang meningkat.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Kacaribu, menyatakan rekor tertinggi PMI Manufaktur Indonesia pada Mei 2021 di level 55,3 menunjukkan pemulihan terus berlanjut, sekaligus menunjukkan ekspansi selama tujuh bulan berturut-turut.

Menurut Febrio, momentum ekspansi itu menggambarkan kenaikan output, permintaan baru, dan pembelian, serta ketenagakerjaan yang kembali tumbuh setelah 14 bulan terkontraksi. "Output dan permintaan baru sebagai komponen terbesar PMI menjadi kontributor utama dalam peningkatan rekor PMI pada Mei 2021," kata Febrio.

Perusahaan menyaksikan peningkatan permintaan secara keseluruhan yang lebih kuat didukung oleh pertumbuhan permintaan baru internasional pada bulan kedua sehingga memicu kenaikan produksi manufaktur pada Mei.

Untuk memenuhi kebutuhan permintaan baru dan produksi yang meningkat, produsen meningkatkan pembelian bahan baku dan setengah jadi selama empat bulan berturut-turut.

Sedangkan untuk perluasan jumlah tenaga kerja tecermin dari penambahan perekrutan pegawai untuk memperluas kapasitas operasi perusahaan.

Namun demikian, biaya input masih meningkat karena keterbatasan pasokan yang disebabkan oleh kendala cuaca, restriksi akibat Covid-19, dan kurangnya bahan baku. Penerusan beban biaya input oleh produsen kepada konsumen itu menyebabkan kenaikan harga jual selama tujuh bulan berturut-turut.

Sementara itu, PMI manufaktur global turut tumbuh semakin kuat ke level 56,0 pada Mei 2021 yang merupakan angka tertinggi sejak April 2010 didorong oleh pertumbuhan solid dari sisi permintaan baru, permintaan ekspor baru, dan produksi.

Eropa, Inggris, dan AS mencatat rekor PMI Manufaktur sekaligus jadi kontributor utama kinerja manufaktur global yang kuat pada Mei. Kendati Tiongkok, Jepang, dan India masih berada di zona ekspansi, namun aktivitas manufaktur menurun akibat lonjakan Covid-19, terutama di India, sedangkan untuk Asean lebih variatif. Malaysia dan Vietnam meneruskan tren ekspansif, tetapi Filipina dan Thailand berada di zona kontraksi akibat pengetatan restriksi.

Bahan Baku Mahal

Pakar Ekonomi dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB-UI), Mohamad D. Revindo, mengatakan hasil kajian PMI April menunjukkan adanya tren perbaikan. Namun demikian, terdapat elemen yang menghambat percepatan yaitu harga bahan baku yang masih mahal serta lama waktu dan biaya pengiriman barang.

"Kedua elemen ini mengindikasikan bahwa industri hulu masih tertinggal pemulihannya serta masih terhambatnya mobilitas dan pengiriman barang, baik domestik maupun lintas negara," katanya.

Hal itu yang membuat elemen perekrutan tenaga kerja masih pada kisaran angka 50. Ini mengindikasikan meskipun industri manufaktur telah mulai melakukan pembelian input, tetapi mereka belum cukup yakin untuk merekrut tenaga kerja baru. "Dalam perekrutan tenaga kerja baru membutuhkan komitmen jangka menengah berupa kontrak kerja dan kewajiban perusahaan terhadap pekerja," tutup Revindo. n ers/SB/E-9

Baca Juga: