Kenaikan kasus Covid- 19 varian JN.1 masih terkendali mengingat belum banyak pasien yang membutuhkan ruang perawatan intensif.

JAKARTA - Kenaikan kasus Covid-19 varian JN.1 masih terkendali mengingat belum banyak pasien yang membutuhkan ruang perawatan intensif atau intensive care unit (ICU). Jumlah yang dirawat di ICU tidak banyak, orang yang sakit saat ini masih belum membutuhkan ICU.

"Untuk melihat seberapa berbahaya Covid-19 ini kami melihat tiga aspek, mulai jumlah kasus, jumlah orang yang perlu rawat inap, dan jumlah orang yang perlu masuk ke ICU," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Imran Pambudi, dalam bincang akhir tahun bersama Kemenkes di Jakarta, Selasa (19/12).

Seperti dikutip dari Antara, Imran menegaskan meski begitu pemerintah tetap melakukan mitigasi untuk mengantisipasi lonjakan kasus akibat JN.1 ini.

"Memang ini akhir tahun, jadi kita harus memitigasi karena biasanya akhir tahun meningkat. Selain itu, perusahaan-perusahaan pengiriman kan juga akan tutup. Kita sudah sampaikan ke rumah sakit-rumah sakit kalau harus menyiapkan oksigen dan obat-obatannya. Itu sudah kami lakukan, sehingga kalau terjadi lonjakan, kita enggak gagap," ujar Imran.

Imran menyebutkan hingga saat ini belum ada mutasi baru virus Covid-19, karena varian JN.1 sebenarnya adalah galur (turunan) dari varian Omicron.

Imran menekankan Kemenkes akan terus bersinergi dengan pemerintah daerah untuk melakukan penjagaan di tempat-tempat wisata mewaspadai lonjakan kasus, karena jumlah pengunjung pasti akan naik pada libur Natal dan Tahun Baru.

"Potensi (peningkatan kasus Covid-19) pasti ada karena orang kan mobilitas ya, tempat-tempat wisata juga penuh, tetapi yang dijaga itu. Kami terus memonitor, apakah ada kasus baru dengan galur baru selain Omicron. Kami selalu memantau tingkat keterisian ICU-nya, berapa yang membutuhkan perawatan serius. Kalau di rumah sakit itu masih cukup banyak ketersediaan, berarti masih terkendali," ucapnya.

Surat Edaran

Kemenkes, lanjut Imran, telah membuat surat edaran kepada pemerintah daerah untuk memastikan fasilitas kesehatan (faskes) siap dari segi obat-obatan, tenaga kesehatan, maupun logistik.

"Dari Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan (Dirjen Yankes) juga sudah memberikan perhatian, menyampaikan kepada faskes-faskes agar logistik, tenaga kesehatan disiapkan di akhir tahun ini," tuturnya.

Imran mengimbau kepada masyarakat agar tetap menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan dengan benar, dan mengurangi mobilitas yang tidak penting. Bagi yang belum mendapatkan vaksin penguat atauboosterdiminta segera menuju ke fasilitas kesehatan terdekat untuk divaksin.

Imran menyampaikan hingga saat ini belumditemukan mutasi baru virus Covid-19, meski penularan varian JN.1 telah ditemukan di Jakarta dan Batam.

"Saat ini, sesuai pemantauan kami, tidak ada mutasi virus baru, selama pandemi meski terjadi lonjakan kematian dan kasus. Kalau muncul adastrainbaru, JN.1 itu adalah turunan dari Omicron," kata Imran.

Imran memastikan pasien yang terdeteksi mengalami infeksi varian JN.1 sudah mendapatkan vaksin penguat (booster) kedua.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu, sudah mengonfirmasi masing-masing satu kasus infeksi virus korona tipe SARS-CoV-2 varian JN.1 ditemukan di Jakarta Selatan pada 11 November 2023, Jakarta Timur pada 23 November 2023, dan Batam pada 13 Desember 2023.

Maxi menyebutkan menurut laporan per 18 Desember 2023 ada dua kasus kematian akibat Covid-19, masing-masing satu kasus di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dan RSUD Tarakan Jakarta.

"Satu pasien meninggal sudah divaksin dua kali dan memiliki komorbid. Satunya lagi belum pernah divaksin dan mengalami infeksi paru-paru," kata Maxi.

Terkait vaksin, Imran mengemukakan untuk menyambut Natal dan Tahun Baru, Kemenkes tidak mengeluarkan kebijakan untuk membuat sentra-sentra vaksin lagi.

Baca Juga: