JAKARTA - Setelah sekian lama mempertahankan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk gabah, akhirnya Badan Pangan Nasional (Bapanas) memutuskan menaikkan harga beli gabah. Kenaikan tersebut diharapkan bisa dimaksimalkan Perum Bulog untuk menyerap produksi petani di dalam negeri, terutama saat musim panen.

Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Dwijono Hadi Darwanto, yang diminta pendapatnya, mengatakan kenaikan HPP gabah sangatlah wajar karena selama ini harga yang ditetapkan pemerintah selalu jauh di bawah harga pasar.

Dia pun meminta Bapanas sebagai lembaga yang ditugasi mengatur tata niaga pangan sudah harus mempunyai prakiraan harga gabah di tingkat petani yang menguntungkan.

"Untuk itu perlu ditentukan range harga gabah yang bisa digunakan sebagai patokan penentuan harga gabah di petani dan harga beras di pedagang sehingga dapat memberikan marjin yang optimal," kata Dwijono.

Pada kesempatan terpisah, Kepala Pusat Pengkajian dan Penerapan Agroekologi Serikat Petani Indonesia (SPI), Muhammad Qomarunnajmi, mengatakan usulan SPI sebelumnya HPP untuk Gabah Kering Panen (GKP) bisa di harga 7000 rupiah per kg dari 5.000 rupiah per kg.

"Harga ini memberikan cukup keuntungan untuk petani juga kelonggaran bagi Bulog untuk menyerap hasil panen petani karena harga yang kompetitif," kata Qomar.

Jika harga yang ditawarkan pemerintah saat ini 6.000 rupiah per kg, menurut Qomar, level tersebut tidak membantu petani selaku produsen pangan. Sebab, biaya produksi musim kemarin sudah segitu, lalu ada juga kenaikan di biaya olah lahan, tenaga kerja, dan pupuk," katanya.

Menurut Qomar, kenaikan HPP gabah yang menguntungkan petani akan memperkuat peran Bulog untuk menyerap hasil panen petani, sehingga Cadangan Beras Pemerintah (CBP) mencapai target dan tidak dipenuhi melalui impor beras.

Selain membuat kebijakan harga yang tetap untuk jangka waktu lama, SPI juga berharap pemerintah melakukan perbaikan kebijakan distribusi dan perdagangan beras yang melindungi petani dan konsumen.

Sebelumnya, Bapanas memutuskan efektif pada Rabu (3/4) sampai 30 Juni mendatang melakukan fleksibilitas HPP bagi Bulog, supaya dapat meningkatkan stok CBP yang berasal dari produksi dalam negeri, tidak melulu dari importasi.

Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, dalam keterangan tertulisnya mengatakan upaya menaikkan HPP itu agar dapat menjaga harga yang baik dan wajar di tingkat produsen serta menimbang rata-rata harga di pasar. "Diharapkan juga menjadi jaring pengaman bagi produsen gabah dan beras sehingga harga tidak terlampau turun jauh pada saat panen raya yang sedang akan berlangsung ini," kata Arief.

Dengan ketentuan terbaru itu maka harga GKP di tingkat petani yang sebelumnya 5.000 rupiah per kilogram (kg), naik menjadi 6.000 rupiah per kg.

Lalu, harga Gabah Kering Giling (GKG) di Gudang Bulog yang sebelumnya 6.300 rupiah per kg naik menjadi 7.400 rupiah per kg.

Sementara itu, HPP beras di Gudang Bulog dengan derajat sosoh minimal 95 persen, kadar air 14 persen, butir patah maksimal 20 persen, dan butir menir maksimal 2 persen yang sebelumnya 9.950 per kg, naik menjadi 11.000 rupiah per kg.

Arief memaparkan, mengacu hasil Kerangka Sampel Area (KSA) BPS terbaru, potensi luas panen padi bulan Maret 2024 dapat mencapai 1,247 juta hektare (ha) atau setara beras 3,83 juta ton.

Adapun potensi luas panen padi bulan April, estimasinya mencapai maksimal 1,587 juta ha atau setara beras 4,90 juta ton.

"Pada Mei nanti, potensi luas panen padi sebesar 1,172 juta hektare atau setara beras 3,35 juta ton. Dengan itu, total produksi beras dari Maret sampai Mei dapat mencapai 12,08 juta ton," kata Arief.

Baca Juga: