PURWOKERTO - Kenaikan nilai tukar dollar AS terhadap rupiah saat ini menjadi pemicu naiknya harga bahan pakan ternak yang kian dikeluhkan peternak. Hal ini harus menjadi pemikiran para stakeholder peternakan, baik akademisi, instansi pemerintah, dan peternak/ petani atau masyarakat untuk berperan aktif mengurangi angka importasi bahan pakan yang dampaknya akan mengurangi biaya-biaya yang keluar dari bisnis peternakan.

Hal tersebut terkuak dalam seminar nasional teknologi dan agribisnis peternakan bertajuk "Pengembangan Sumber Daya Genetik Ternak Lokal Menuju Swasembada Pangan Hewani ASUH" yang digelar Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), di Purwokerto, Jawa Tengah, akhir pekan lalu.

Dekan Fakultas Peternakan UGM, Sri Widayati, dalam paparannya menyebutkan kebutuhan bahan pakan dari jagung tertinggi ada pada ternak unggas ayam broiler 57 persen dan ayam petelur 71 persen. Hal ini tentu menjadi peluang stakeholder peternakan untuk bisa mengembangkan potensi bahan pakan lokal yang bisa dikembangan di Indonesia.

Hal senada juga diungkapkan Rektor Unsoed, Ali Agus. Ia menyatakan bahwa pakan unggas menyerap proporsi 60 persen di Indonesia, sehingga potensi-potensi daerah yang semestinya bisa dikembangkan tidak lagi menjadi barang yang dipasok dari luar.

Menurutnya, peran serta stakeholder peternakan kian hari semestinya kian meningkat. Kerja sama antara pemerintah, akademisi dan peternak sudah semestinya berjalan beriringan dan bergandengan dengan erat untuk meningkatkan sumber daya genetik ternak lokal Indonesia.

yok/E-3

Baca Juga: