» Beras merupakan komoditas dengan kontribusi terbesar terhadap garis kemiskinan.

» Inflasi pada September diperkirakan kembali naik setelah kenaikan harga BBM.

SURABAYA - Pemerintah menekankan pentingnya mengendalikan inflasi khususnya harga pangan. Hal itu karena kenaikan harga bahan pangan dipastikan akan menambah angka kemiskinan.

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, pada Rapat Koordin asi Pusat dan Daerah (Rakorpusda) Pengendalian Inflasi 2022, di Surabaya, Rabu (14/9) mengatakan, saat ini, dampak dari kondisi global masih sulit dikendalikan. Sebab itu, yang dapat diupayakan adalah menjaga harga domestik sekaligus menjaga rantai pasoknya, terutama komoditas pangan.

"Tim Pengendali Inflasi Pusat/Daerah (TPIP/ TPID) akan terus bersinergi dan gotong-royong melakukan extra effort menjaga stabilitas harga dan mengendalikan pencapaian inflasi Indonesia sebagaimana arahan Presiden dalam Rakornas Pengendalian Inflasi 2022, maupun pertemuan dengan seluruh Kepala Daerah pada 12 September lalu," kata Airlangga.

Menko menjelaskan, perlunya menstabilkan harga pangan karena kontribusi makanan terhadap kemiskinan mencapai 74,1 persen. Implikasi dari kenaikan harga bahan pangan akan meningkatkan kemiskinan.

"Beras merupakan komoditas dengan kontribusi terbesar terhadap garis kemiskinan. Kontribusi beras terhadap kemiskinan per Maret 2022 mencapai 23,04 persen di desa dan 19,38 persen di kota," kata Airlangga.

Secara umum, perkembangan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat sebesar 4,69 persen pada Agustus 2022 dengan inflasi pangan bergejolak telah turun menjadi 8,93 persen.

Selain dampak langsung pada peningkatan kemiskinan, inflasi pada tahun ini juga diperkirakan melampaui pertumbuhan ekonomi. Kondisi tersebut, akan menyebabkan daya beli masyarakat menurun.

"Perekonomian kita kemarin (triwulan II 2022-red) tumbuh 5,4 persen, mungkin di kuartal ketiga angkanya mirip-mirip, sampai year to date (tahun berjalan) 5,2 persen. Kita harus siap-siap angka inflasi sedikit di atas angka pertumbuhan ekonomi kita," katanya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, setelah Agustus terjadi deflasi 0,21 persen, maka inflasi tahun berjalan untuk posisi Agustus tercatat 4,69 persen atau lebih rendah dari posisi Juli yang tercatat 4,94 persen.

Bank Indonesia (BI) sendiri memperkirakan tekanan inflasi ke depan masih berlanjut karena tingginya harga energi dan pangan global. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan kenaikan harga-harga komoditas yang diatur pemerintah atau administered price telah berimbas pada laju inflasi, khususnya akibat kenaikan harga BBM dan kenaikan tarif angkutan.

"Dan kalau kita lihat, hampir semua daerah sudah mengalami harga inflasi pangan bergejolak dan tarif angkutan," kata Perry. Hal tersebut yang harus dikendalikan dengan gerakan nasional pengendalian inflasi pangan.

Kondisi Rawan

Berdasarkan data Badan Pangan Nasional, per minggu pertama September 2022, ketahanan stok komoditas bawang putih, daging ayam, dan daging sapi, berada dalam level aman di 34 provinsi.

Sementara itu, stok komoditas cabai besar dalam kondisi rawan di 17 provinsi dan rentan/tidak aman di 10 provinsi. Sedangkan yang masih perlu diwaspadai lagi adalah stok komoditas cabai rawit yang dalam kondisi rawan di 14 provinsi dan rentan/tidak aman di 10 provinsi.

Mencermati kondisi ketahanan stok komoditas pangan, Airlangga kembali mengarahkan kepada seluruh daerah untuk fokus pada program-program yang dapat segera menstabilkan harga dan memastikan ketersediaan pasokan. Di antaranya adalah perluasan Kerja Sama Antardaerah (KAD), terutama untuk daerah surplus/defisit dalam menjaga ketersediaan suplai komoditas.

Selain itu, meningkatkan pelaksanaan Operasi Pasar dalam memastikan keterjangkauan harga dengan melibatkan berbagai stakeholders, termasuk peningkatan program Ketersediaan Pangan dan Stabilitas Harga (KPSH) untuk segera menstabilkan harga beras.

Pakar ekonomi dari Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, Imron Mawardi, mengatakan kondisi inflasi yang lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi perlu diwaspadai, karena pada September ini dipastikan akan naik lagi setelah kenaikan harga BBM.

"Kenaikan harga BBM pasti berdampak pada berbagai harga kebutuhan masyarakat karena langsung berpengaruh pada faktor distribusi." Kata Imron.

Pemerintah katanya harus mewaspadai penurunan daya beli karena akan berdampak pada kemiskinan. "Per Mei 2022, jumlah orang miskin sudah meningkat satu juta dari 25 juta menjadi 26 juta orang," kata Imron.

Baca Juga: